Pepatah Minang mengatakan "kapalo samo babulu, pandapek balain-lain" yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia "kepala sama berbulu, pendapat berbeda-beda".
Kalau sedikit nyeleneh, bisa pula ditambahkan dengan "pendapatan pun berbeda-beda", dalam arti tingkat kesejahteraan di antara kita tidak sama.
Namun demikian, belum tentu pendapat orang yang paling kaya (dilihat dari hartanya) yang paling benar.Â
Hanya saja, terlepas dari soal salah benar, biasanya kalau orang berpunya yang ngomong, akan disimak dengan baik oleh yang lain.
Tapi, pengertian kaya tidak selalu dilihat dari sisi harta. Mereka yang kaya pengetahuan, kaya kebijaksanaan, kaya dengan hati nurani, perlu disimak apa pendapatnya.
Bisa jadi, awalnya kita mengira pendapatnya kok melenceng jauh dari apa yang kita pikirkan.
Coba renungkan sekali atau dua kali lagi, siapa tahu, pendapat mereka bisa kita terima dan telah mempertimbangkan berbagai hal.
Soal siapa berpendapat apa, sekarang menjadi hal yang perlu dicermati sejak hampir semua orang punya grup percakapan di media sosial.
Diskusi di grup percakapan tak jarang menjadi ricuh, gara-gara pendapat yag dilontarkan seorang anggota ditanggapi dengan nada penolakan oleh yang lain.
Menolak dengan kalimat halus sebetulnya masih bisa ditolerir. Tapi, bila disampaikan dengan bahasa yang kasar, jelas membakar emosi orang yang dituju.
Celakanya, harusnya yang ditolak hanya terbatas pada pendapat seseorang. Namun, penolakan itu jadi melebar karena menyinggung pribadi seseorang atau bahkan membongkar aib masa lalu orang lain.