Katakanlah ada seorang karyawan bernama Anto. Tubuhnya kurus dan pendek, jauh di bawah rata-rata karyawan lain.
Lalu, entah siapa yang memulai, Si Anto ini mendapat nama baru, yakni Si Unyil. Bahkan, lama-lama karyawan lupa nama aslinya, terlanjur yang dihafal adalah nama Unyil.
Kebalikan dengan Anto, ada lagi si Dimas yang badannya gemuk. Berat badan Dimas sekitar 90 kg, padahal tingginya hanya 160 cm.
Terbayang kan seperti apa posturnya si Dimas? Tapi, banyak orang di kantor yang tidak kenal nama Dimas, karena yang lebih populer adalah Si Ndut.
Betapa tidak nyamannya Anto dan Dimas menerima gelar yang sangat tidak diharapkannya itu.Â
Alasan biar akrab atau sekadar untuk lucu-lucuan, tapi dengan merendahkan orang lain, sebetulnya tidak bisa dibenarkan.
Atasan atau para senior di kantor, begitu mengetahui ada karyawan yang dipanggil dengan nama yang melecehkan seperti Unyil dan Ndut, sebaiknya segera mengingatkan semua karyawan agar tidak mengulanginya.
Bahkan, dengan nama panggilan yang terkesan memuji seseorang pun, kalau yang dipuji jadi tidak nyaman, jangan dilakukan.
Soalnya, ada karyawati yang sering dipanggil "Si Cantik", yang merasa tidak senang.Â
Apalagi bila yang memanggil sekaligus juga menatap dengan nakal. Ini masih termasuk pelecehan.
Ringkasnya, hati-hati dalam memanggil seseorang. Sebaiknya panggil dengan nama depannya, atau tanya yang bersangkutan, apa nama panggilannya.