Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pedagang Es Campur dan Juragan Kos-kosan Ikut Senang dengan PTM

28 Agustus 2021   09:00 Diperbarui: 28 Agustus 2021   12:27 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sekolah lagi jajan|dok. Merdeka.com, dimuat goodnewsfromindonesia.id

Pembelajaran Tatap Muka (selanjutnya ditulis PTM) di sebagian daerah sudah mulai dilakukan. Tentu, hal tersebut dilakukan dengan beberapa penyesuaian agar sesuai dengan protokol kesehatan.

Guru, pelajar, dosen dan mahasiswa pasti senang menyambut PTM. Kebetulan saya pernah jadi dosen tidak tetap di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE).

Sungguh saya kurang menikmati cara belajar online, sehingga sejak Agustus 2020, ketika saya ditawari lagi untuk memegang mata kuliah "Pengantar Akuntansi", saya tidak bersedia.

Nah, dari perbincangan saya dengan beberapa orang guru, dosen, juga mahasiswa dan pelajar, kebanyakan memang lebih menyukai PTM.

Tapi, ada lagi orang lain, yang bukan belajar, juga bukan mengajar, namun ikut senang dengan dimulainya PTM. Siapa saja mereka?

Pertama, penjual jajanan di depan sekolah. Ini bukan pedagang resmi seperti di kantin. Biasanya si pedagang menggunakan gerobak, sepeda, atau motor, lalu pada jam-jam tertentu mangkal di depan sebuah sekolah.

Makanan dan minuman yang berwarna-warni, tanpa peduli apakah sehat atau tidak, akan diserbu anak sekolah begitu berbunyi bel tanda istirahat. Es campur paling disukai anak SD, meskipun sebetulnya dilarang oleh ibunya.

Dari layar kaca, saya pernah menyimak penuturan seorang pedagang makanan kecil yang penghasilannya menurun tajam sejak anak sekolah belajar secara online. 

Kedua, para penjual makanan di kantin sekolah. Keberadaan kantin lazimnya pakai tempat yang permanen (berbeda dengan pedagang keliling).

Biasanya kantin dibangun oleh koperasi sekolah dalam sebuah bangunan yang tetata, lalu dibagi atas beberapa bagian seperti di pujasera (pusat jajanan serba ada).

Agar seorang pedagang bisa dapat tempat di kantin, harus menyewa ke koperasi. Itu pun kalau banyak peminat, yang terpilih biasanya pedagang yang masih ada hubungan atau dikenal oleh kepala sekolah atau guru-guru di sekolah itu.

Ketiga, tukang warung rokok di dekat sekolah, terutama dekat SMA atau setingkat dan dekat kampus tempat mahasiswa kuliah. Soalnya, laki-laki yang sejak usia remaja kecanduan rokok, cukup banyak.

Keempat, satpam sekolah. Jangan mengira satpam senang bila belajar online karena gaji bulanannya utuh tanpa capek bekerja. 

Justru, yang diharapkan satpam selama ini adalah uang tip yang biasa diberikan oleh pedagang keliling yang mangkal serta dari orang tua atau sopir yang memarkir kendaraan ketika menjemput anak sekolah.

Kelima, pemilik kendaraan dan pengemudi yang pekerjaannya melakukan antar jemput anak sekolah. Termasuk pula ojek online (ojol) yang menyemut di depan gerbang sekolah setiap jam pulang sekolah.

Keenam, para pedagang alat tulis, termasuk jasa pencetakan dokumen dan foto kopi. Selama sekolah dan kampus ditutup, penghasilan mereka tergerus signifikan.

Ketujuh, pelatih kegiatan ekskul. Di sekolah dan kampus, biasanya menyediakan pelatih vokal, tari, teater, seni beladiri, atau kegiatan ekskul lainnya yang banyak diminati pelajar dan mahasiswa.

Pelatih itu bukan pegawai tetap, hanya diberi honor sesuai dengan jumlah kedatangannya. Selama sekolah atau kampus ditutup, tentu para pelatih ekskul kehilangan pendapatan.

Kedelapan, pengelola usaha kos-kosan, termasuk apartemen mewah, khususnya yang berada di sekitar kampus yang punya mahasiswa yang banyak.

Nah, kalau yang pertama sampai ketujuh di atas boleh dikatakan bisnis recehan, maka yang kedelapan ini, sekarang sudah menjadi bisnis kelas menengah ke atas.

Membaiknya ekonomi masyarakat, membuat banyak mahasiswa yang mencari tempat kos yang nyaman, ada pendingin udara, ada kamar mandi di dalam, ada wifi, dan berbagai fasilitas lainnya.

Makanya, mereka yang punya duit besar, cukup bernafsu membangun kos-kosan mewah, dan bahkan berupa apartemen. Menurut hitung-hitungan, sekitar 10 tahun modal sudah kembali, dan setelah itu semuanya sudah keuntungan murni.

Selama PTM dihentikan, juragan kos-kosan dan anak buahnya yang ikut mengurus, ibarat tiarap. Sekarang mereka siap-siap menyongsong hari yang cerah.

Demikianlah, ternyata PTM berkaitan dengan banyak hal, tidak sekadar belajar dan mengajar. Bergulirnya roda perekonomian, adalah dampak positif dari PTM. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun