Kemudian, warga di sekitar warung yang baru juga segera "jatuh hati" dengan warung yang dikelola Uda. Bahkan, karena cerita dari mulut ke mulut, ada saja pelanggan dari jauh yang berbelanja.
Apa saja kiat yang diterapkan Uda? Mungkin tulisan ini belum bisa mengupas secara tuntas. Tapi, paling tidak ada empat kiat utama.
Pertama, berkaitan dengan kejujuran atau integritas yang tinggi. Uda selalu mengatakan kondisi yang sesungguhnya dari barang yang dijual. Jika barangnya kurang bagus, akan diberi tahu ke pembeli, bukan disembunyikan.
Dalam menimbang barang, Uda sengaja melebihkan sedikit dari berat yang seharusnya. Ketimbang kurang, lebih baik dilebihkan untuk pembeli.
Ada cerita yang berkesan tentang kejujuran Uda. Suatu pagi terjadi keributan di warung. Ada seorang ibu memberikan uang ke Uda karena kemarin ia belanja, tapi lupa membayar.
Uda tak mau menerima uang itu karena merasa yakin si ibu sudah membayar kemarin. Maka terjadilah "pertengkaran". Si ibu ngotot memberi uang, tapi Uda ngotot menolak.
Tak ada kesepakatan antar dua orang jujur itu, namun diam-diam si ibu meletakkan uang di pagar warung. Uda baru tahu ada uang setelah ibu tersebut pergi.
Kedua, berkaitan dengan keikhlasan. Pembeli bebas memilih cabe yang bagus dan menghabiskan waktu yang lama. Uda ikhlas saja, meskipun yang tinggal cabe yang kurang bagus.
Ketika pembeli lagi ramai, pembeli diperbolehkan menimbang sendiri. Jika ada pembeli yang tidak jujur menimbang, Uda tidak ambil pusing, ikhlaskan saja.
Ketiga, mengambil keuntungan sewajarnya, bahkan boleh dikatakan tipis. Buktinya, harga di warung Uda paling murah dibandingkan warung lain di sekitar itu.
Lagipula, pembeli boleh membeli dengan porsi yang sangat sedikit, yang di warung lain biasanya tidak dilayani. Uda juga tidak keberatan jika pembeli berutang.Â