Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Pedagang Jujur dan Pembeli Jujur Terlibat "Pertengkaran"

23 Agustus 2021   10:17 Diperbarui: 23 Agustus 2021   10:17 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rIlustrasi pedagang sembako|Foto:Randy/Tangerang Ekspres

Ngomong-ngomong tentang usaha rumahan, saya sering teringat dengan perjuangan almarhum kakak laki-laki saya (selanjutnya saya tulis "Uda", panggilan untuk kakak laki-laki dalam bahasa Minang), yang mampu mandiri dari hasil warung di bagian depan rumahnya.

Kebetulan di grup WA keluarga, adik bungsu saya membagi cerita tentang kunci sukses Uda. Tentu, ukuran sukses tersebut relatif. 

Bagi kami, warungnya yang ramai oleh pelanggan dan hasilnya bisa untuk hidup mandiri, bisa punya rumah sendiri, termasuk mampu membiayai dua anak di perguruan tinggi, itu sudah pertanda sukses.

Saya berterima kasih kepada adik saya yang berinisiatif membuat semacam analisis sederhana, yang saya kira akan bermanfaat bagi beberapa orang keponakan saya yang sedang merintis usaha sendiri atau sering disebut dengan wirausaha.

Tapi, sebelum itu, saya perlu sampaikan latar belakang Uda. Karena menderita sakit selama beberapa tahun, Uda tidak menamatkan sekolah menengah.

Syukur alhamdulillah, Uda akhirnya sembuh dan diserahkan kepercayaan oleh ibu saya untuk mengelola warung kecil, tempat menjual rokok, aneka makanan kecil, minyak tanah, kayu bakar, dan sebagainya, di dekade 1980-an.

Lokasi warung berada di depan rumah, 1 km sebelum masuk pusat kota Payakumbuh, pada ruas jalan raya Payakumbuh-Bukittinggi (Provinsi Sumatera Barat).

Nah, warung yang sebelumnya sering merugi, di tangan Uda mulai menunjukkan hasil. Barang semakin lengkap karena juga menjual sembako. Sejak itu, pelanggan warung Uda semakin banyak, terutama ibu-ibu. 

Hanya saja, rumah dan warung tersebut statusnya bukan milik sendiri, tapi milik saudara perempuan ayah. Karena rumah tersebut akan diambil alih oleh yang punya, Uda membangun rumah sendiri dan sekaligus dengan warung di depannya.

Namun, lokasinya tidak sebagus di tempat lama, karena makin jauh dari pusat kota dan juga bukan di jalan utama. Ada keraguan di hati Uda ketika di tahun 90-an mulai pindah ke tempat baru. Jangan-jangan tidak banyak pelanggannya.

Tapi, karena kiat yang diterapkan Uda memang tepat, justru pelanggannya makin banyak. Tetangga di tempat lama tetap setia berbelanja, meski lokasinya sekitar 2 km dari tempat lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun