Nah, ketika si lelaki merasa sudah diberi angin dan langsung nembak, jawaban si wanita malah mencla-mencle, tidak tegas menerima, tapi juga tidak tegas menolak.
Dalam hal ini, jelas yang menjadi korban adalah si lelaki. Bisa jadi hanya menderita korban perasaan saja, tapi bisa pula berupa korban uang karena habis buat mentraktir dan memberi hadiah.Â
Ada lho sebuah kisah nyata. Dalam rangka mengambil hati wanita yang disukainya, seorang lelaki mengeluarkan uang untuk tiket pesawat dan akomodasi ke tempat wisata terkenal di luar negeri untuk 8 orang.
Kok demikian banyak yang diajak? Karena si wanita yang ditaksir tersebut hanya mau jalan-jalan kalau bersama dengan anggota gengnya.
Padahal, setelah satu tahun menjalin hubungan, tetap berstatus HTS, hingga akhirnya si lelaki tersadar bahwa ia telah salah kalkulasi.Â
Kerugian materil yang dideritanya, telah membuat bisnisnya bangkrut. Kemudian, secara psikis ia juga menderita. Inilah kerugian moril yang meskipun tak bisa dihitung dengan uang, tapi sangat memukulnya.
Jelaslah, terlepas dari kerugian waktu, korban HTS juga rugi secara moril dan rugi secara materil. Namun, bila yang jadi korban adalah wanita, agak jarang yang rugi materil karena hukum tak tertulis mengatakan lelaki yang mentraktir wanita.
Tapi, dalam beberapa kasus si wanita yang menghujani lelaki dengan berbagai hadiah, bahkan memberikan uang tunai yang besar, ada saja ditemui.
Memberi uang atau barang, jika dicermati, bisa jadi murni kesalahan si korban. Artinya, insiatif untuk memberikan sesuatu, berasal dari si korban yang tentu ada pamrihnya, yakni agar terjadi peningkatan status.
Namun, bisa pula memang si wanita yang memancing-mancing dengan kata-kata bersayap meminta sesuatu dari laki-laki yang lagi kesengsem dengan dirinya.
Boleh dikatakan, wanita yang memancing-mancing tersebut adalah tergolong cewek matre dan si lelaki kurang waspada sehingga uangnya ludes terkuras.