Dengan perjuangan yang heroik, atlet bulutangkis kita di nomor ganda putri, Greysia Polii dan Apriani Rahayu, berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia pada Olimpiade yang tengah berlangsung di Tokyo, Jepang.
Sungguh merupakan momen yang mengharukan ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya akhirnya berkumandang juga pada pesta olahraga terbesar di dunia itu.
Padahal, sebetulnya, di atas kertas, target medali emas lebih diharapkan disumbangkan oleh salah satu dari dua pasangan ganda putra yang ranking dunianya lebih baik.
Justru karena ranking dunia mereka yang berada di puncak itulah, bukan berlebihan bila kita berharap terjadi All Indonesian Final di nomor ganda putra tersebut.
Kenyataannya, Indonesia tidak mendulang medali apapun, perunggu juga tidak, pada nomor ganda putra. Betul-betul di luar dugaan.
Makanya kenapa kita jadi sangat emosional, menangis terharu karena bahagia, tentu juga bersyukur, bahwa wajah Indonesia masih terselamatkan oleh Greysia-Apriani.
Tapi, di sisi lain, sepertinya perlu evaluasi yang komprehensif terhadap kegagalan di sektor ganda putra, juga di nomor lainnya yang belum berhasil meraih target.Â
Namun, tulisan ini tidak bermaksud mengevaluasi, melainkan sekadar melihat, betapa sekarang banyak kemajuan yang diraih atlet bulutangkis negara lain.
Tentu, terhadap kemajuan tersebut, ada peran pelatih yang bertangan dingin, sehingga membuat tingkat persaingan yang harus dihadapi Indonesia semakin ketat.
Ketika pasangan ganda putra bulutangkis Malaysia mengalahkan pasangan Indonesia yang difavoritkan jadi juara Olimpiade, "The Minions" Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, salah seorang yang paling bahagia adalah Flendy Limpele.
Flendy meskipun berseragam Malaysia, adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI), yang dulunya juga atlet bulutangkis Indonesia yang sukses, berpasangan dengan Eng Hian di nomor ganda putra.