Dulu, di Medan, sepatu dan sandal buatan "AS" lumayan terkenal. Apakah itu produk impor dari Amerika Serikat? Bukan, AS itu singkatan dari Ajo Sukaramai.
Ajo adalah panggilan bagi kakak laki-laki di Pariaman, Sumatera Barat. Secara umum, sebutan seperti itu untuk orang Minang adalah Uda. Tapi, khusus di Pariaman, dipanggil Ajo.
Sedangkan Sukaramai adalah nama sebuah pasar di pusat kota Medan. Banyak perantau asal Pariaman yang sudah beberapa generasi berdomisili di ibu kota provinsi Sumatera Utara itu. Sebagian di antaranya adalah perajin sepatu dan sandal.
Memang, nama berbau Amerika sering dipilih untuk menjadi merek dagang atau nama produk dan jasa, demi merebut hati konsumen.
Hal ini dapat dipahami, karena secara umum masyarakat kita masih menganggap rendah pada produk dalam negeri. Di lain pihak, barang luar negeri dinilai lebih baik dan menaikkan gengsi pemakainya.
Pada dekade 1980-an, ada dua penyedia jasa kursus yang sukses besar karena membawa nama Amerika. Pertama, Penyelenggara Kursus Bahasa Inggris dengan nama LIA atau Lembaga Indonesia Amerika.
Kedua, lembaga penyelenggara kursus komputer yang bernama LPKIA (Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia Amerika).
Makanan cepat saji ayam goreng yang gerainya sangat banyak di negara kita, paling tidak, ada 3 nama yang mengambil nama negara bagian di Amerika Serikat.
Tiga nama dimaksud yakni Kentucky Fried Chicken (KFC), Texas Chicken (TC) dan California Fried Chicken (CFC).Â
Tapi, jangan lupa, CFC itu asli Indonesia, maksudnya didirikan oleh orang Indonesia dan kantor pusatnya berada di Jakarta. Sedangkan KFC dan TC memang bermula dari negeri Paman Sam
Anda suka membeli buah-buahan? Tentu Anda sudah paham, betapa sejak beberapa tahun terakhir ini, Indonesia dibanjiri oleh buah-buahan impor. Tidak hanya di pasar swalayan, tapi juga dijual di pasar tradisional.
Namun, tetap ada peluang bagi buah lokal yang bermutu baik dan diberi nama yang menarik, contohnya yang bisa diasosiasikan dengan Amerika.
Coba Anda bayangkan, bila Anda menemukan di sebuah pasar swalayan, ada pepaya yang dinamakan "Pepaya Kali Ciliwung". Sangat mungkin Anda tidak tertarik.Â
Tapi, jika pepaya tersebut diberi label "Pepaya California", nah Anda mulai melihat-lihat dulu, dan kemudian boleh jadi akan membelinya. Meskipun harganya sedikit lebih mahal dari pepaya yang lain.
Nah, Pepaya California itu ternyata karya anak bangsa yang laris dan sekaligus mampu menyaingi buah impor. Bukan sekadar namanya yang keren, tapi kualitasnya juga bagus.
Jika sebuah produk dinamai nama yang berbau asing, namun mutunya rendah, tetap saja tidak nendang. Andaipun konsumen penasaran ingin mencoba, cukup sekali saja, dan mereka tidak ingin untuk membeli lagi.
Jadi, tidak cukup sekadar bernama Amerika atau ke-Amerika-Amerika-an. Produknya sendiri harus bagus, berbeda dengan produk kebanyakan.
Tokoh inspiratif di balik kesuksesan Pepaya California adalah seorang ilmuwan dari Pusat Kajian Holtikultural Tropika, Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati (tokohinspiratif.id, 5/11/2019).
Pepaya yang sengaja diberi nama Amerika itu merupakan produk asli Indonesia, atau boleh juga disebut Pepaya California van Bogor, yang lahir dari hasil rekayasa genetika.
Sebetulnya, nama awalnya adalah Pepaya Callina, singkatan dari Carica Kelahiran Indonesia. Carica itu nama latin dari pepaya.Â
Tapi, setelah pepaya itu resmi dilepas ke pasaran seperti ke berbagai pasar swalayan, pada 2012, para pedagang lebih suka menyebutnya sebagai pepaya California, yang dinilai lebih menjual.
Akhirnya, merek dagang California pun disematkan pada pepaya lokal tersebut. Awalnya, memang banyak konsumen yang mengira pepaya tersebut adalah pepaya impor.
Namun, setelah konsumen tahu bahwa hanya namanya yang berbau Amerika, karena sudah suka, ya tetap dicari orang.
Sayangnya, seperti ditulis Kompas (18/7/2021), kendala membudidayakan pepaya callina sangat besar. Pepaya itu rentan layu fusarium dan busuk batang.
Tapi, ada harapan, pihak peneliti IPB yakin bahwa dalam waktu dekat, bisa muncul jalan keluar untuk mengatasi penyakit varietas itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H