Ketika dua raksasa usaha rintisan (startup) bersatu, Gojek dan Tokopedia, banyak pengamat ekonomi yang memujinya sebagai langkah yang cerdas dan bernilai strategis.
Betapa tidak. Baik Gojek maupun Tokopedia, masing-masingnya sudah sangat populer di Indonesia, bahkan juga sudah merambah ke luar negeri. Pengguna aplikasinya sudah puluhan juta orang.
Tentu saja bila keduanya bergabung, kekuatannya akan semakin dahsyat. Soalnya, keduanya bisa saling melengkapi.
Dan jangan lupa, tanpa bergabung pun, masing-masing sudah menyandang status unicorn, yakni usaha rintisan yang nilai investasinya sudah menembus angka 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun rupiah.
Nah, sekarang, ada lagi unicorn Indonesia yang melalukan langkah yang tak kalah strategis, yang belum dilakukan GoTo (gabungan Gojek dan Tokopedia).
Hal itu berkaitan dengan langkah Bukalapak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan melepas 25 persen saham dalam penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) pada 6 Agustus 2021 mendatang.
Sebetulnya GoTo juga sudah menyiapkan langkah serupa, hanya Bukalapak bergerak lebih cepat. Jadi, dalam sejarah pasar modal di tanah air, Bukalapak akan tercatat sebagai unicorn pertama yang go public.
Sebagaimana diberitakan Kompas (10/7/2021), Bukalapak berencana melepas 25.765.504.851 lembar saham atau setara dengan 25 persen kepemilikan saham.
Dengan perkiraan harga saham per lembar berkisar antara Rp 750 hingga Rp 850, nilai penawaran umum tersebut sebanyak-banyaknya akan mencapai Rp 21,9 triliun.
Sejumlah itulah yang akan menjadi suntikan modal baru bagi Bukalapak, sehingga kapasitasnya untuk mendukung pertumbuhan dan membina usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia juga akan meningkat.
Saat ini, ada sekitar 13,5 juta mitra binaan Bukalapak, terdiri dari 6,5 juta UMKM dalam jaringan (daring) atau bermitra secara online, dan sisanya bermitra secara konvensional atau luar jaringan (luring).