Untuk yang beristri baru bukan karena poligami, tidak perlu dibahas di sini, karena itu suatu hal yang biasa-biasa saja. Tapi, kalau itu menyangkut selebriti, tetap diberitakan media.Â
Contohnya, komedian Sule yang telah bercerai dengan istri pertamanya, dan kemudian mantan istrinya itu juga telah meninggal dunia.
Istri baru bukan poligami ini juga terbagi tiga. Pertama, yang menikah dengan seorang gadis, kedua, menikah dengan janda tanpa anak, dan ketiga yang menikah dengan janda yang sudah punya anak.
O ya, kalau laki-laki kematian istri, lazimnya tidak lama setelah itu akan menikah lagi. Makanya, peribahasa Minang versi bagarah-garah (bercanda), ada yang berbunyi: "tak ado malang nan samujua iko" bagi laki-laki yang kematian istri.
Terjemahannya; "tak ada malang yang semujur ini". Malang karena istrinya meninggal, tapi sekaligus mujur, karena bisa menikah lagi.
Sebaliknya, seorang wanita yang kematian suami, meskipun masih muda, tidak banyak yang mencari suami baru. Konon, punya suami baru itu menyusahkan, lebih baik bebas membesarkan anak-anak.
Kita lanjutkan ke soal pria yang baru bersitri. Konotasinya adalah laki-laki yang lama membujang, akhirnya menikah juga. "Bujang lapuk" adalah istilah yang disematkan bagi lelaki yang sudah berumur lanjut, namun masih belum menikah.
Kalau akhirnya Si Bujang Lapuk menikah juga, menurut saya, itu lebih baik ketimbang membujang seumur hidup.Â
Nah, sekarang kita masuk ke pembahasan soal malam pertama. Logikanya, antara lelaki yang beristri baru dan yang baru beristri, pengalaman malam pertamanya akan berbeda.Â
Bagi pria yang beristri baru, karena jam terbangnya sudah tinggi, malam pertama akan berlangsung mulus. Tapi, akhirnya faktor usia yang jadi penentu. Jika yang punya istri baru sudah lansia, tentu akan mengalami kesulitan untuk mencetak gol.