Topik tentang cara membangun personal branding, telah banyak ditulis di Kompasiana. Bagi orang kantoran, personal branding yang positif, menjadi hal yang menentukan untuk menggapai karir yang cemerlang.
Apalagi sekarang ini, senioritas di kantor bukan lagi hal yang bisa dibanggakan, tanpa mempunyai kompetensi yang mumpuni.
Justru, seorang yang relatif muda, bisa meloncati para seniornya, karena itu tadi, personal branding-nya yang kuat.Â
Mungkin tidak terlalu tepat, tapi untuk selanjutnya, saya akan menggunakan "citra diri" sebagai pengganti istilah personal branding.
Dalam dunia politik, dikenal istilah pencitraan. Maksudnya, dengan pencitraan yang bagus, tentu citra dirinya akan terangkat dan berharap dapat merebut hati masyarakat.Â
Pada masa kampanye, seorang calon kepala daerah atau calon anggota legislatif, bahkan menyewa konsultan agar pencitraannya bisa dipoles.
Tapi, pada akhirnya, masyarakat yang sudah terdidik tidak akan tertipu dengan pencitraan. Rekam jejak si calon akan menjadi faktor penentu keberhasilan seorang politisi.
Nah, bila dibawa ke dunia orang kantoran, kurang lebih sama saja, meski orang kantoran tidak mengenal masa kampanye agar bisa mendapat promosi jabatan.
Namun, rekam jejak bagi seorang karyawan, yang berisi apa saja yang dilakukannya sejak mulai bergabung bekerja, apa prestasinya dan apa kesalahan yang pernah dibuatnya, merupakan bukti dari citra dirinya.
Hanya saja, tetap ada saja faktor non teknis, yang membuat seorang karyawan dengan rekam jejak bagus bisa kalah bersaing dengan karyawan yang biasa-biasa saja.
Soalnya, di kantor pun ada juga "permainan politik" atau disebut juga politicking. Seseorang yang sangat lihai mencari muka pada atasannya, bisa jadi akan berhasil.