Pelecehan seksual sebetulnya isu lama. Tapi, isu ini sepertinya bersifat abadi, mengingat masih saja terjadi di mana-mana, bahkan terkesan makin menjadi-jadi.
Padahal, sekarang cukup gencar kampanye atau sosialisasi bertema "stop pelecehan seksual". Tapi, harus diakui, walaupun sudah banyak orang yang memahami, namun masih banyak pula lelaki yang "khilaf".Â
Tak tahu juga, apakah pelaku pelecehan betul-betul khilaf atau malah memang sudah menjadi kebiasaannya seperti itu. Perlu diketahui, para pelaku ini tidak pandang bulu, dari orang melarat hingga oknum pejabat, ada saja yang ketahuan melakukan pelecehan seksual.
Belum lagi bila diingat, terlalu banyak korban pelecehan yang tidak melaporkan ke pihak berwajib atau tidak memposting di media sosial. Jadi, yang terungkap ke publik, diduga hanya sebagian kecil kasus saja.
Celakanya, ada pelaku yang tak sadar sudah melakukan kesalahan berganda. Sudahlah melakukan pelecehan seksual, si pelaku tak jarang membuat pembenaran dengan menyalahkan cara berpakaian si wanita yang jadi korbannya.
Maka, tak ada cara lain yang lebih ampuh, mindset harus diubah. Jangan lagi menyalahkan tubuh perempuan, lelaki lah yang harus mampu mengendalikan diri. Dan, yang paling utama adalah membersihkan niat.Â
Memang, bagi kebanyakan laki-laki normal, mungkin berat menahan pandangan mata ketika wanita seksi berada di depan mata. Tapi dengan niat yang kuat, pandangan spontan sesaat yang tak terhindarkan, jangan kebablasan jadi pandangan penuh nafsu.
Meskipun laki-laki dan juga anak-anak tak sedikit yang menjadi korban pelecehan, tapi secara umum kampanye stop pelecehan seksual lebih berupa seruan bagi lelaki, untuk lebih menghargai kaum perempuan.
Caranya bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti jangan suka ngomong porno, apalagi di depan wanita. Tangan jangan "ramah" menyentuh bagian tubuh seorang wanita, meskipun wanita itu teman sendiri.
Sedangkan bagi perempuan, harus sadar, bangkitkan harga diri untuk melawan pelaku yang gerak geriknya akan melakukan pelecehan, atau telah sempat memulai melakukannya. Hanya ada satu kata, lawan. Jangan kasi kendor.
Memang, di tengah masyarakat, ada kontroversi tentang wanita yang berpakaian seksi. Di satu pihak dituduh sebagai biang keladi yang mengundang birahi lelaki.
Tapi, ada juga yang berpendapat, bagi lelaki yang sudah dasarnya "piktor" (punya pikiran kotor), wanita bergamis pun tetap mengundang syahwat.
Makanya, terlepas dari kontroversi itu, baik lelaki atau wanita, diharapkan berpakaian sopan. Karena itu yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
Semua harus menyadari adanya kesetaraan lelaki dan perempuan. Perempuan bukan objek, tapi sama dengan lelaki, yakni sama-sama subjek dalam mewarisi peradaban.
Di ruang publik, hak-hak tersebut sama. Di jalan, di taman, di atas kendaraan umum, di kantor, di kampus, di sekolah, termasuk juga di tempat ibadah. Jangan mengira di tempat ibadah tidak ada pelecehan seksual.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H