Nah, jika seorang artis memiliki dan mengelola klub, paling tidak, bisa mencontoh apa yang telah dirintis Bali United.Â
Itulah yang diharapkan pada pesohor Raffi Ahmad, yang bersama temannya Rudy Salim, telah membeli klub Cilegon United FC.
Klub yang kemudian berganti nama jadi RANS Cilegon FC itu, akan dibenahi secara besar-besaran dan perkiraan biaya yang akan dihabiskan Raffi dan Rudy, sekitar Rp 300 miliar.
Dengan prestasi yang hebat, logikanya akan menarik bagi sponsor serta semakin banyak suporter setianya. Sehingga, secara bisnis, kalaupun belum untung, kerugiannya bisa mengecil.
Alangkah baiknya bila invesatasi terbesar dilakukan untuk mencari remaja berbakat dari seluruh penjuru, lalu melatihnya di suatu basecamp yang representatif. Tentu kepiawaian pelatihnya juga diperlukan.
Jadi, para artis diharapkan komitmen jangka panjangnya dalam membangun sepak bola Indonesia. Soalnya, tidak ada cara instan dalam mendongkrak prestasi.
Bila melihat pemain yang direkrut oleh RANS Cilegon FC, ada kesan mencari pemain yang juga selebriti. Namun, secara umur sudah melewati masa produktifnya, seperti Christian Gonzales dan Syamsir Alam. Meskipun juga ada pemain timnas remaja, Rendy Juliansyah.
Apakah perekrutan pemain yang juga selebriti itu karena ingin mencari sensasi? Â Yang jelas, Raffi memang pintar membuat konten yang menarik di akun media sosialnya.
Kemudian, pemberitaan tentang kiprah baru Raffi dalam persepakbolaan, juga mendapat liputan luas dari banyak media daring. Â Sehingga, masyarakat pun antusias menunggu apalagi yang akan dilakukan Raffi.
Setelah Raffi, ada dua klub lain yang juga diakuisisi oleh artis, yakni Persikota Tangerang oleh artis Gading Marten dan PSG Pati, Jawa Tengah, oleh Atta Halilintar, seorang Youtuber terkenal.
Jika klub-klub yang dimiliki artis hanya sekadar cari sensasi demi konten di akun media sosialnya, sungguh disayangkan.Â