Jika lagi berada di rumah, saya lebih suka meminum air yang direbus sendiri ketimbang air minum dalam kemasan (AMDK) atau yang lazim disebut air mineral. Tapi, kalau lagi beraktivitas di luar rumah, tentu saja lebih praktis meminum AMDK.
Makanya, dibandingkan istri dan anak-anak saya, saya yang lebih sering memperhatikan ketersediaan air minum dalam dua buah teko di atas meja makan. Tentu masksud saya, bila stoknya menipis, saya bersiap untuk merebus air.
O ya, di rumah saya sudah sejak 5 tahun terakhir tidak lagi menggunakan jasa asisten rumah tangga (ART), tepatnya sejak anak bungsu saya sudah di bangku SMA.
Jadi, dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, meskipun beban terbesar dilakukan istri, saya dan anak-anak juga ikut membantu.
Kenapa saya paling getol merebus air?Â
Pertama, karena saya tukang minum. Saya betul-betul menerapkan pola minum air putih yang disarankan dokter atau ahli kesehatan, yakni minimal 8 gelas dalam satu hari
Kedua, jika lagi berada di rumah, saya punya niat untuk terjun mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Celakanya, merebus air adalah satu-satunya yang saya kuasai.
Sedangkan pekerjaan rumah tangga lainnya, bila saya yang mengerjakan, hasilnya akan belepotan, dan akhirnya akan membebani istri saya juga.Â
Padahal, kata orang bijak, serahkan sesuatu itu pada ahlinya. Karena saya tidak ahli, saya pura-pura tidak tahu saja.
Ngomong-ngomong, apakah memang ada istilah bagi seseorang yang ahli merebus air? Bukankah ini pekerjaan yang semua orang bisa?
Hanya mengisi air ke dalam cerek (tempat merebus air yang saya punya mirip dengan foto di atas), lalu ditaruh di atas kompor dan hidupkan api kompor.Â
Berikutnya menunggu sampai air mendidih yang bisa dilakukan sambil menonton televisi atau main hape. Begitu mendidih, matikan kompor. Gampang sekali, bukan?
Masalahnya, penentuan waktu merebus air harus pas. Jangan sampai stok habis, baru merebus air, karena air yang masih panas tidak bisa diminum langsung.
Itulah sebabnya, kenapa saya sering mengecek ketersediaan air. Ketika stok berkurang setengahnya, saatnya saya merebus lagi.
Perlu pula diperhatikan, secara kesehatan, biarkan air mendidih selama beberapa menit, baru kompor dimatikan. Bila di permukaan air masib berupa gelembung-gelembung kecil, itu belum mendidih sempurna.
Yang jelas, merebus air di rumah sendiri, pasti lebih hemat ketimbang minum AMDK. Memang ada pemakaian gas dan biaya air (bila menggunakan air dari PDAM-Perusahaan Daerah Air Minum). Tapi biayanya masih di bawah harga beli AMDK.
AMDK sendiri terdiri dari banyak merek, mulai dari yang murah hingga yang mahal. Sebagai konsumen, sulit juga menyimpulkan AMDK yang murah, mutunya lebih rendah.
Terlepas dari itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, mayoritas rumah tangga di perkotaan dimanjakan dengan terbiasa mengkonsumsi AMDK. Tak ada masalah sepanjang tidak memberatkan kantong.Â
Bagi yang sehari-hari minum AMDK dengan menggunakan dispenser dan galon isi ulang, harus sangat memperhatikan kebersihannya.Â
Sedangkan air mineral dalam kemasan botol, juga perlu berhati-hati dalam menyimpan, meskipun masa kedaluwarsanya masih lama.
Tapi, jika punya sumber air yang baik di rumah, bagus juga sesekali meminum air yang dimasak sendiri, sepanjang direbus dengan cara yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H