Berikutnya menunggu sampai air mendidih yang bisa dilakukan sambil menonton televisi atau main hape. Begitu mendidih, matikan kompor. Gampang sekali, bukan?
Masalahnya, penentuan waktu merebus air harus pas. Jangan sampai stok habis, baru merebus air, karena air yang masih panas tidak bisa diminum langsung.
Itulah sebabnya, kenapa saya sering mengecek ketersediaan air. Ketika stok berkurang setengahnya, saatnya saya merebus lagi.
Perlu pula diperhatikan, secara kesehatan, biarkan air mendidih selama beberapa menit, baru kompor dimatikan. Bila di permukaan air masib berupa gelembung-gelembung kecil, itu belum mendidih sempurna.
Yang jelas, merebus air di rumah sendiri, pasti lebih hemat ketimbang minum AMDK. Memang ada pemakaian gas dan biaya air (bila menggunakan air dari PDAM-Perusahaan Daerah Air Minum). Tapi biayanya masih di bawah harga beli AMDK.
AMDK sendiri terdiri dari banyak merek, mulai dari yang murah hingga yang mahal. Sebagai konsumen, sulit juga menyimpulkan AMDK yang murah, mutunya lebih rendah.
Terlepas dari itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, mayoritas rumah tangga di perkotaan dimanjakan dengan terbiasa mengkonsumsi AMDK. Tak ada masalah sepanjang tidak memberatkan kantong.Â
Bagi yang sehari-hari minum AMDK dengan menggunakan dispenser dan galon isi ulang, harus sangat memperhatikan kebersihannya.Â
Sedangkan air mineral dalam kemasan botol, juga perlu berhati-hati dalam menyimpan, meskipun masa kedaluwarsanya masih lama.
Tapi, jika punya sumber air yang baik di rumah, bagus juga sesekali meminum air yang dimasak sendiri, sepanjang direbus dengan cara yang benar.