Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Program Food Estate dan Singkong yang Naik Kelas

28 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 31 Mei 2021   02:51 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan keripik singkong di Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Maharani, Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat| Sumber: KONTAN/Baihaki

Tentang program food estate itu sendiri, merupakan program "raksasa" yang menjadi upaya terobosan pada periode kedua masa pemerintahan PresidenJoko Widodo, dalam rangka mewujudkan dan menjaga ketahanan pangan dalam negeri.

Program tersebut berjangka panjang dan terintegrasi antara sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan di suatu kawasan yang sangat luas. 

Sejumlah media memberitakan, lahan yang akan diolah untuk proyek strategis tersebut antara lain dengan mengkonversi eks proyek lahan gambut di Kalimantan Tengah.

Namun, ada beberapa kritik yang dilontarkan terhadap program food estate. Misalnya yang disuarakan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), seperti yang diberitakan tribunnews.com (6/1/2021).

Sekjen KPA Dewi Kartika menilai program yang tengah disiapkan pemerintah itu merupakan ancaman terbaru terkait perampasan tanah. Soalnya, lahan yang dibutuhkan begitu besar.

Dewi memberi contoh, pada tahap pertama proyek itu yang dilakukan di Sumatera Utara, sudah menimbulkan konflik agraria dengan wilayah adat di Humbang Hasundutan.

Terlepas dari kritik tersebut, tentu kita berharap proyek food estate akan berhasil dan dampak negatifnya terhadap masalah agraria dan juga terhadap kelestarian lingkungan, telah diantisipasi dengan baik oleh pemerintah.

Dengan demikian, jika singkong menjadi salah satu produk dari food estate, tentu akan meningkatkan produksi singkong Indonesia. Bila perlu, mengalahkan Nigeria, Thailand, dan Brasil, yang sekarang peringkatnya masih di atas Indonesia.

Kembali ke produk olahan dari singkong, sebetulnya sekarang sudah semakin variatif, tidak hanya keripik tradisional. Dan produk tersebut disukai oleh semua kelas, dari orang desa hingga kota besar, dan dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas.

Bahkan, promosi dan penjualannya mulai menggunakan cara e-commerce yang lintas negara. Artinya, mereka yang menangani usaha ini, tak sedikit dari kalangan generasi muda yang melek teknologi.

Lagipula, pelaku UMKM yang mengolah singkong dapat ditemukan secara merata di berbagai daerah. Jika saya mengawali tulisan ini dengan apa yang saya lihat di Sumbar, itu karena saya sedikit banyak mengetahui kondisi di kampung halaman saya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun