Saya salut dengan teman-teman saya yang nonmuslim yang tak pernah absen mengucapkan selamat hari raya idulfitri. Nah, saya sangat menyadari, seharusnya berlaku prinsip resiprokal atau timbal balik. Artinya, yang muslim pun membalas pada hari raya agama lain.
Masalahnya, beberapa teman nonmuslim, tidak saya ketahui persis, apakah menganut agama Kristen, Hindu, Buddha, atau Khonghucu. Orang Bali pun tidak semua Hindu, karena ada beberapa desa yang merupakan penganut Islam dengan tetap memakai nama Wayan, Nyoman, dan sebagainya.
Demikian pula saudara-saudara dari Batak, sungguh tidak bisa menebak apa agamanya dari marga saja. Soalnya, teman saya bermarga Sitorus (yang kebanyakan Kristen) ada yang muslim dari lahir, sedangkan Siregar (yang kebanyakan Islam), ada yang Kristen dari lahir.
Lagipula, menanyakan langsung kepada yang bersangkutan apa agamanya, saya khawatir membuat kurang nyaman bagi yang ditanya. Ini soal sensitif.
Tapi, sungguh tidak gampang menebak agama seseorang dari namanya. Ada yang namanya sangat islami tapi nonmuslim dan ada juga yang sangat terdengar kristiani, tapi muslim.
Meskipun tidak gampang menebak agama seseorang dari namanya, satu hal harus kita sepakati bahwa toleransi itu indah, tanpa perlu dipaksa, perlu kita lakukan.
Sebagai penutup, perkenankan saya menyampaikan Selamat Hari Waisak 2021 bagi pembaca yang merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H