Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tahun Depan TV Analog Migrasi ke Digital, Pemain Baru Bermunculan

27 Mei 2021   18:10 Diperbarui: 28 Mei 2021   08:41 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Envato Elements)

Akhir-akhir ini saya lebih sering menonton siaran televisi digital ketimbang televisi analog gaya lama. Saya tidak paham teknologinya, yang pasti saya merasa nyaman dengan gambar versi digital yang jauh lebih jernih.

Televisi yang sekarang ada di ruang tengah rumah saya, sudah satu tahun saya beli, setelah televisi yang lama mengalami kerusakan. Saat dibeli, si penjual mengatakan bahwa televisi yang saya beli itu menyediakan fasilitas untuk menangkap siaran televisi digital.

Hanya saja, saya baru kecanduan menonton televisi digital, setelah beberapa stasiun televisi yang beroperasi secara analog sering memunculkan iklan bahwa stasiun televisi tersebut juga bisa ditonton secara digital.

Mengacu pada kebijakan pemerintah, siaran televisi analog wajib berhenti mulai 2 November 2022. Atinya, nantinya semua stasiun televisi akan melakukan siaran secara digital.

Adapun tujuan dari kebijakan tersebut agar tercipta efisiensi, seperti yang diberitakan kompas.com (7/12/2020). Indonesia tergolong terlambat melakukan migrasi dari analog ke digital, mengingat sudah menjadi trend di dunia sejak 2007.

Migrasi tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya penggunaan internet. Bila masih pakai analog, spektrum frekuensi radio yang digunakan berada pada pita 700 MHz atau pita yang juga dimanfaatkan untuk layanan internet.

Dengan berpindah ke digital, maka terjadi penghematan pemakaian pita 700 MHz, sehingga kualitas layanan internet menjadi lebih baik. Begitu pula kualitas siaran televisi akan lebih bagus, seperti yang sudah saya nikmati.

Sedangkan bagi masyarakat, memang ada sedikit tambahan biaya. Soalnya, bagi yang masih menggunakan televisi model lama (televisi tabung), harus ada dekoder untuk mengubah sinyal digital yang diterima menjadi sinyal analog. 

Harga dekoder tersebut saat ini sekitar Rp 200.000. Tapi, diperkirakan tahun depan harganya bisa ditekan jadi sekitar Rp 100.000, sehingga terjangkau oleh kantong masyarakat banyak.

Kembali kepada siaran yang saya nikmati, sekarang yang di televisi saya dapat ditangkap dalam format digital adalah TV Muhammadiyah, TVRI DKI, TVRI Nasional, DAAI TV, Inspira TV, Nusantara TV, Badar TV, Net TV, TVRI Kanal 3, dan TVRI Sport HD. 

Bisa jadi stasiun televisi yang jadi pemain utama pada siaran analog berskala nasional seperti RCTI, SCTV, Trans TV, Kompas TV, dan sebagainya, juga sudah bisa beroperasi secara digital. 

Hanya saja, mungkin waktu saya memprogram ada masalah, sehingga bila saya ingin menikmati siaran dari stasiun televisi tersebut, terpaksa menggunakan model analog.

Coba perhatikan nama-nama stasiun televisi yang beroperasi secara digital yang saya tulis di atas. Bukankah banyak terdapat stasiun televisi baru? Artinya, masih ada pengusaha yang berani mempertaruhkan investasinya mendirikan stasiun televisi, yang pasti menelan budget besar.

Padahal, banyak pendapat dari pengamat bisnis bahwa media televisi sebetulnya telah melewati zaman keemasannya. Maksudnya sekarang sudah mulai redup karena anak muda dan remaja lebih memilih menonton video streaming dari berbagai aplikasi.

Youtube dan Netflix, sekadar menyebut dua nama sebagai contoh, sudah seperti tak terpisahkan dengan penonton usia muda, sehingga mereka tidak lagi peduli dengan acara televisi.

Di lain pihak, stasiun televisi yang beroperasi 24 jam, untuk memproduksi tayangan sendiri, perlu merogoh kocek lebih dalam dan dibantu kru yang banyak. Bandingkan dengan pembuat konten video untuk ditayangkan di aplikasi, bisa dibuat dengan anggaran rendah.

Jangan heran bila beberapa stasiun televisi sering menayangkan ulang acara yang pernah disiarkan sebelumnya. Bahkan, jika pemirsa jeli, konten berita televisi sering sama saja antara berita di pagi hari dengan berita siang atau sore hari.

Tentu siaran yang diulang-ulang tersebut merupakan salah satu siasat pihak manajemen stasiun televisi untuk tetap bertahan, di tengah gempuran berbagai aplikasi media sosial.

Stasiun televisi papan atas memang masih dibanjiri iklan. Tapi, di luar itu, rata-rata stasiun televisi boleh dikatakan sepi dari iklan. Sedangkan sumber pendapatan televisi sangat tergantung dari keberhasilannya menjaring iklan.

Makanya, menjadi pertanyaan, seperti apa prospek bisnis media televisi sekarang ini dan prediksinya dalam beberapa tahun mendatang. Jika prediksi versi pesimis, stasiun televisi yang sepi iklan, akan sulit memeperpanjang napas.

Nah, dalam rangka memperpanjang napas itulah, tak bisa lain,  pihak stasiun televisi diperkirakan akan memperbanyak kerjasama dengan pembuat konten independen yang selama ini sering menayangkan karyanya di media sosial.

Sekarang pun, baik pada beberapa stasiun televisi yang beroperasi secara analog, maupun secara digital, mulai banyak yang memutar video.  

Tapi, untuk siaran berita, tentu masih dibutuhkan kehadiran sejumlah reporter di lapangan dan juga perlu mewawancarai  narasumber yang relevan dengan topik yang dibahas. Tentu dengan banyaknya karyawan, menjadi beban bagi manajemen stasiun televisi.

Pesatnya penggunaan internet, pelan tapi pasti, telah "membunuh" televisi. Sekarang, sesama stasiun televisi tinggal berlomba, stasiun mana yang napasnya lebih panjang.

Dan itu tergantung pada seberapa sering pembawa acara televisi mengatakan: "jangan ke mana-mana, kami segera kembali setelah pariwara berikut ini".

dok. antaranews.com
dok. antaranews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun