Bos saya memperjelas maksudnya, anggap saja bekerja sambil berwisata dengan biaya dinas. Apa yang dikatakan bos saya, bukan hal berlebihan, karena tak usah lama-lama, baru dua minggu saja bertugas di Bali, saya langsung kerasan.
Betapa tidak, bukan saja soal berwisatanya. Teman-teman di kantor yang kebanyakan warga asli Bali, sangat ramah, gampang diajak bekerja sama, serta toleransinya sangat tinggi.Â
Berita kepindahan saya ke Bali, juga membawa berkah bagi sanak famili saya, baik yang di Jakarta, maupun di Sumbar dan Riau. Orang tua saya, mertua, ipar, adik-kakak, sepupu, ada saja yang datang bergantian, terutama pada periode libur panjang atau libur sekolah.
Tentu saja saya gembira menjadi pemandu wisata buat mereka. Apalagi, rumah dinas lumayan besar, sementara yang saya tempati hanya satu kamar utama karena anak saya masih kecil, masih gabung satu kamar dengan orang tuanya. Ada tiga kamar kosong yang siap menunggu tamu.
Dua tahun di Bali, semua kabupatennya sudah saya datangi. Menurut saya, semuanya indah, termasuk yang waktu itu belum menjadi destinasi wisata.Â
Memang, destinasi yang populer waktu itu antara lain Nusa Dua, Jimbaran, Uluwatu, Kuta, Seminyak, Tanah Lot, Sanur, Benoa, Ubud, Bedugul, Kintamani, dan Pura Besakih.
Tapi, saya juga menemukan surga tersembunyi yang belum banyak dikenal turis ketika itu, seperti di Jembrana, Tabanan, Singaraja, Bangli, Amlapura, dan Semarapura.
Saya tak heran, bila kemudian banyak bermunculan objek wisata baru di Bali. Setahun saja tidak ke sana, sudah ada lagi objek baru, termasuk yang fenomenal adalah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park.
Cukup sebegitu saja kisah pengalaman manis saya bekerja di Bali. Hal ini sengaja saya tulis berkaitan dengan munculnya kebijakan pemerintah yang menggulirkan program "work from Bali" (WFB).
Tentu saja pengalaman saya bukan contoh dari pelaksanaan WFB, karena saya bekerja di kantor seperti biasa. Sedangkan WFB mungkin bekerja dari sejumlah hotel di berbagai lokasi di Bali, tempat para pekerja itu menginap.
Kebijakan pemerintah tersebut digagas oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dengan tujuan menghidupkan kembali usaha pariwisata di Bali yang tengah terpuruk dihantam badai pandemi.