Masalahnya, ralat seperti itu sangat jarang terjadi, karena sudah diperiksa secara berlapis. Bahkan saat master cetakan untuk versi koran sudah jadi, juga sudah dicek oleh beberapa orang.
Jadi, sekian lapis orang yang memeriksa laporan, tak satu pun yang betul-betul teliti kata per kata atau angka per angka. Dan saya sebagai palang pintu terakhir sebelum laporan disajikan ke Bu Voni, dinilai lalai dan main percaya begitu saja ke anak buah.
Selama bekerja dengan Bu Voni, saya merasa belum sampai berada di lingkungan kerja toksik. Tentu saja kesalahan itu menjadi pelajaran yang amat mahal bagi saya agar lebih teliti lagi.
Pelajaran penting lainnya, jangan anggap bos wanita tidak bisa marah. Bu Voni telah membuktikan bahwa jika anak buahnya melakukan kesalahan yang fatal, gelas pun jadi pelampiasan kemarahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H