Tulisan ini tidak akan mengulas keseleo lidah Presiden Joko Widodo yang mengucapkan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) sebagai Provinsi Padang. Padahal, Padang hanya sebuah kota, yang kebetulan menjadi ibu kota Provinsi Sumbar.
Sebetulnya, salah kaprah yang paling sering ditemui adalah menyebut semua orang Minang sebagai orang Padang, termasuk menyebut masakan Minang sebagai masakan Padang.
Sekali lagi, Padang hanya salah satu kota dari belasan kota di Sumbar. Dan penduduk asli di seluruh Sumbar (kecuali di Kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah orang Minang, bukan orang Padang.
Jadi, selama ini, kota-kota lain di Sumbar seolah-olah berada di bawah bayang-bayang Padang. Saya sendiri yang lahir dan menghabiskan masa kecil hingga masa remaja di Payakumbuh, ketika akhirnya merantau ke Jakarta, harus legowo disebut sebagai orang Padang.
Payakumbuh itu sendiri terletak 125 km di sebelah utara kota Padang, dan merupakan kota yang dilewati dalam perjalanan darat dari Padang ke ibu kota provinsi Riau, Pekanbaru.
Saya bisa memastikan bahwa teman-teman di kantor saya telah memahami bahwa Padang itu hanya salah satu kota di Sumbar. Apalagi, sebagian di antara teman-teman itu sudah pernah berkeliling Sumbar karena ada penugasan dari kantor.
Maka, sewaktu mereka bertanya; "kamu Padangnya di mana?", itu tidak berarti bertanya nama jalan tempat tinggal di kota Padang, melainkan apakah dari kota Padang beneran atau kota lain seperti Payakumbuh, Pariaman, Solok, Bukittinggi, Batusangkar, dan sebagainya,
Tapi, sekadar berandai-andai, sekiranya (entah bagaimana caranya), tahu-tahu terbentuklah provinsi Padang, saya ikut merasa senang. Dengan Padang memisahkan diri dari Sumbar, saya berharap Payakumbuh akan menjadi ibu kota Provinsi Sumbar.Â
Hanya saja Payakumbuh akan mendapat saingan dari Bukittinggi. Secara popularitas, Bukittinggi lebih unggul karena menjadi destinasi wisata paling top di Sumbar.
Namun, menurut saya, secara potensi, Payakumbuh lebih layak, karena topografinya relatif datar dengan ketersediaan lahan yang masih luas. Berbeda dengan Bukittinggi yang sempit, padat, dan ada bukit serta lembahnya.
Bahkan, sewaktu Padang dihajar gempa besar pada tahun 2009, sudah muncul wacana memindahkan ibu kota provinsi Sumbar ke Payakumbuh. Sebagai kota yang jauh dari pantai, Payakumbuh tidak termasuk yang rawan gempa.