Tapi, perjuangan untuk mencari jodoh harus tetap berjalan, tak boleh putus asa. Dan itu bukan hal yang susah untuk mencari calon berikutnya, terlepas apakah akan jadian nantinya atau kembali kandas.
Apalagi, seperti telah ditulis di atas, sekarang begitu gampang saling kontak dengan kenalan baru melalui media sosial, sehingga sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan, apakah perkenalan di media sosial itu terjadi dengan sendirinya atau diatur oleh "sponsor".
Sponsor tersebut tidak hanya orang tua, anggota keluarga atau sahabat seperti kisah dokter di atas, tapi juga aplikasi pencari jodoh yang gampang dimanfaatkan. Atau, seperti gaya lama, difasilitasi oleh biro jodoh.
Harian Kompas dulu cukup lama menyediakan ruang Kontak Jodoh dengan menjaga penuh kerahasiaan para anggotanya yang terdaftar. Demikian pula Biro Jodoh Yasco, dulu cukup terkenal di kalangan para pencari jodoh.
Dibanding sponsor biro jodoh atau pakai aplikasi online, sponsor keluarga lah yang paling senyap. Pada dasarnya, keluarga tidak akan mengumbar cerita ketika proses perjodohan sedang berlangsung.
Bahkan, pihak keluarga yang jadi sponsor adakalanya pura-pura tidak tahu, seolah-olah perkenalan itu berlangsung secara alami, makanya terkesan mirip sebuah operasi senyap.Â
Ada juga perjodohan yang sudah berhasil dan keduanya sudah hidup sebagai suami istri sekian lama, sejarah pertemuan mereka sengaja tidak diceritakan kepada orang lain. Jika ada yang bertanya sejarah tersebut, pasangan itu atau pihak sponsornya menjawab secara tersamar saja.
Adalagi operasi yang lebih senyap, yakni jika lelaki dan wanita yang mau diadu tidak tahu kalau fotonya telah dikirimkan ke calon lawannya. Soalnya, kalau diberi tahu, khawatir mereka tidak akan setuju, atau malu untuk setuju, semacam acuh tapi butuh.
Begitulah kreativitas orang tua yang punya anak masih lajang, atau bisa juga diprakarsai om, tante, kakek, nenek, saudara, saudara sepupu, atau temannya.
Komunitas pengajian, reuni alumni sekolah, kelompok arisan, organisasi perantau asal daerah tertentu, menjadi forum yang mempertemukan dua belah pihak yang setuju melakukan operasi senyap.
Jodoh di tangan Tuhan, tapi harus diusahakan, tak bisa menunggu berpangku tangan saja. Maka, membicarakan perjodohan, sisi positifnya lebih banyak dari sisi negatifnya.