Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Seringlah Berbuat Baik kepada Orang Lain dan Segera Lupakan

14 Mei 2021   11:07 Diperbarui: 14 Mei 2021   11:15 2498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berakhir sudah bulan suci Ramadan tahun ini. Bagi umat Islam, tak berlebihan bila disebutkan bahwa bulan puasa merupakan masa penggemblengan diri. Hasil yang diharapkan adalah munculnya manusia "baru" dengan  perilaku keseharian yang lebih baik ketimbang sebelum digembleng.

Perilaku keseharian tersebut mencakup hubungan dengan Sang Pencipta dalam bentuk ibadah dan juga hubungan sesama manusia. Rajin beribadah namun masih sering menyakiti perasaan orang lain, belum bisa disebut sebagai pribadi yang lebih baik.

Jadi, pertanyaan seberapa sering seseorang telah berbuat baik kepada orang lain, menjadi salah satu indikator yang menentukan kualitas penggemblengan yang telah dilakukannya selama berpuasa.

Hubungan antar sesama ini menarik untuk diamati karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Orang yang hartanya berlimpah pun tetap perlu berinteraksi dengan orang lain.

Justru semakin berlimpah harta seseorang, ia perlu bantuan banyak orang untuk menjaga hartanya tersebut. Ia juga perlu pengawal, pengemudi, asisten rumah tangga, tukang kebun, dan sebagainya.

Juragan yang baik akan didoakan banyak orang. Semakin sering ia berbuat baik, rezekinya semakin bertambah. Sebaliknya, juragan yang tidak baik, umpamanya sering marah-marah ke anak buahnya, bisa jadi di belakang si juragan akan disumpahi. 

Baik atau tidak baik, bukan dilihat dari kacamata si pelaku kebaikan atau ketidakbaikan. Namun, justru baik atau tidaknya dilihat dari kacamata orang lain.

Jadi, jika seseorang mengaku demikian sering berbuat baik, bisa jadi ia tidak berbohong. Hanya saja, pengakuan itu lebih afdol bukan dari mulutnya sendiri.

Nah, dalam soal berbuat baik ini, kita bisa saja dalam posisi pemberi kebaikan kepada orang lain atau penerima kebaikan dari orang lain. Demikian pula dalam soal kesalahan, kita bisa sebagai pelaku yang berbuat salah pada orang lain, atau sebagai sasaran kesalahan dari orang lain.

Ada rumus yang sebetulnya gampang saja untuk diingat, dalam menyikapi kebaikan atau kesalahan tersebut.

Pertama, perbuatan baik kita ke orang lain, segera lupakan. Hal ini mencegah kita dari merasa berjasa atau mengharap balasan dari orang lain. Jadi, berbuat baik itu harus ikhlas tanpa pamrih.

Kedua, perbuatan baik orang lain ke kita agar diingat terus. Ini mencegah kita dari sikap "kacang lupa kulitnya" dan memicu kita untuk pada kesempatan lain kita yang melakukan kebaikan, baik kepada mereka yang telah berbuat baik maupun kepada orang lain lagi. 

Ketiga, atas kesalahan kita ke orang lain, segera minta maaf. Ini penting agar sakit hati orang lain tidak terlalu dalam kepada kita dan kita meningat-ingat agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.

Keempat, kesalahan orang lain ke kita, segera maafkan meskipun ia tidak minta maaf. Kalau bisa segera lupakan, atau kalaupun diingat, tujuannya bukan untuk balas dendam, namun justru agar kita tidak melakukan hal yang sama.

Di atas telah ditulis bahwa rumusnya gampang saja. Ya, gampang menuliskannya dan gampang mengucapkannya. Namun, menerapkannya secara konsisten, ternyata bukan soal gampang.

Bukankah sering kita kesal terhadap seseorang yang sudah dibantu, tapi tidak pandai berterima kasih. Artinya, kita tidak bisa melupakan kebaikan kita, dan sekaligus mengingat-ingat kesalahan orang lain. Hal yang bertolak belakang dengan rumus di atas.

Ada orang yang kita tolong dan kemudian ia sukses. Tapi jangan pernah katakan tanpa pertolongan kita, ia tak bakal jadi apa-apa. Semua sudah begitu jalannya, dan yang namanya rezeki tidak akan tertukar.

Atau, bisa juga karena kita tidak menyukai seseorang, sehingga kita malas membantunya. Artinya kita pilih-pilih kasih dalam membantu seseorang.

Berbuat baik itu tidak mengenal sekat kesukuan, kedaerahan, agama, atau apapun juga. Ingat, judulnya adalah berbuat baik kepada sesama manusia. Itu artinya tanpa kecuali.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun