Kedua, perbuatan baik orang lain ke kita agar diingat terus. Ini mencegah kita dari sikap "kacang lupa kulitnya" dan memicu kita untuk pada kesempatan lain kita yang melakukan kebaikan, baik kepada mereka yang telah berbuat baik maupun kepada orang lain lagi.Â
Ketiga, atas kesalahan kita ke orang lain, segera minta maaf. Ini penting agar sakit hati orang lain tidak terlalu dalam kepada kita dan kita meningat-ingat agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
Keempat, kesalahan orang lain ke kita, segera maafkan meskipun ia tidak minta maaf. Kalau bisa segera lupakan, atau kalaupun diingat, tujuannya bukan untuk balas dendam, namun justru agar kita tidak melakukan hal yang sama.
Di atas telah ditulis bahwa rumusnya gampang saja. Ya, gampang menuliskannya dan gampang mengucapkannya. Namun, menerapkannya secara konsisten, ternyata bukan soal gampang.
Bukankah sering kita kesal terhadap seseorang yang sudah dibantu, tapi tidak pandai berterima kasih. Artinya, kita tidak bisa melupakan kebaikan kita, dan sekaligus mengingat-ingat kesalahan orang lain. Hal yang bertolak belakang dengan rumus di atas.
Ada orang yang kita tolong dan kemudian ia sukses. Tapi jangan pernah katakan tanpa pertolongan kita, ia tak bakal jadi apa-apa. Semua sudah begitu jalannya, dan yang namanya rezeki tidak akan tertukar.
Atau, bisa juga karena kita tidak menyukai seseorang, sehingga kita malas membantunya. Artinya kita pilih-pilih kasih dalam membantu seseorang.
Berbuat baik itu tidak mengenal sekat kesukuan, kedaerahan, agama, atau apapun juga. Ingat, judulnya adalah berbuat baik kepada sesama manusia. Itu artinya tanpa kecuali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H