Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

4 Ruang Diskusi di Ranah Minang, Dari Surau hingga Dangau

4 Mei 2021   17:29 Diperbarui: 5 Mei 2021   04:02 3465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paling tidak, ada empat tempat diskusi yang menjadi semacam kawah candradimuka bagi para remaja, yakni surau, lapau, dangau, dan rumah gadang. Mari kita urai satu persatu. 

Pertama, surau yang secara sederhana adalah tempat beribadah, mirip langgar atau musala. Namun, fungsi surau di Sumbar zaman dulu, lebih dari sekadar tempat salat berjamaah, karena ada fungsi pendidikan dan sosialnya. 

Belajar mengaji menjadi kewajiban semua anak yang dilakukan di surau. Sedangkan bagi anak yang sudah remaja, juga belajar agama berupa konsep dasar agama Islam yang antara lain dengan metode diskusi. 

Anak laki-laki di Minangkabau dulunya punya budaya tidur di surau. Di rumah gadang (rumah tradisional), tidak ada kamar untuk anak laki-laki, hanya untuk orang tua dan anak perempuan.

Sebelum tidur, biasanya di halaman surau anak-anak tersebut berlatih pencak silat. Jelaslah, peranan surau demikian penting di masa lalu dalam membentuk karakter tangguh orang Minang. 

Tak heran bila saat dewasa banyak yang sukses di tanah perantauan, karena sudah punya bekal agama, ketrampilan berbicara, juga mental yang tangguh karena menguasai bela diri.

Sekarang, seiring dengan makin sedikitnya warga Sumbar yang tinggal di rumah gadang, budaya tidur di surau pun bisa dikatakan nyaris hilang. 

Kedua, lapau atau semacam warung kopi, menjadi tempat yang sering dipakai buat berdiskusi soal sosial dan politik. Bukan hanya politik lokal yang dibahas, tapi juga politik nasional, bahkan internasional. 

Berita di koran atau televisi (zaman dahulu masih radio), sering menjadi hal yang memicu munculnya diskusi. Dan itu terjadi tidak hanya di lapau-lapau di kota, tapi juga di desa.

Para perantau yang sedang pulang kampung sering pula jadi narasumber diskusi di lapau. Banyak pembangunan di desa, seperti membangun jalan, madrasah, panti asuhan, dan sebagainya, bermula dari diskusi di lapau.

Sayangnya, kemudian fungsi lapau lebih banyak untuk main gaple sambil ngobrol ngalor ngidul saja. Bahkan, sejak era semua orang punya haandphone, main media sosial jadi pilihan banyak orang ketimbang berdiskusi secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun