Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Overthinking Gaya Anak Akuntansi, Selisih Satu Rupiah Tetap Dicari

23 Maret 2021   17:47 Diperbarui: 25 Maret 2021   18:48 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena tempat saya bekerja bergerak di bidang keuangan dan berstatus BUMN, maka yang jadi auditor eksternalnya ada tiga institusi, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Kantor Akuntan Publik (KAP).

Setiap auditor punya gaya overthinking yang berbeda-beda dan saya bersama teman-teman di divisi akuntansi harus mampu menyediakan data apa pun yang diminta mereka.

Kedua, overthinking yang bersifat pribadi dan seharusnya bisa dihindari. Jadi, hal ini sama sekali tidak terkait dengan tugas kantor. Hanya karena akuntansi sudah mendarah daging, tanpa saya sadari diterapkan pula secara pribadi.

Umpamanya begini, anggap saja saya punya kebiasaan setiap Sabtu pagi mengambil uang di ATM Rp 1.500.000. Ketika datang hari Sabtu berikutnya, sebelum ke ATM, uang di dompet saya rata-rata tersisa Rp 100.000 hingga Rp 200.000.

Nah, hari ini baru Selasa, uang di dompet saya hanya tersisa Rp 250.000. Ini bukan jumlah yang aman bagi saya jika bepergian ke luar rumah. Mungkin besok Rabu, tidak harus menunggu Sabtu, saya harus ke ATM lagi.

Yang bikin saya terjerumus ke tindakan overthinking, karena saya terpancing memeras otak. Berpikir keras, lari ke mana saja uang di dompet saya, kok cepat amat raibnya? 

Ada yang saya ingat dengan jelas, saya memang membeli sesuatu yang bukan kebutuhan rutin sebesar Rp 400.000 dan memberikan uang pada seseorang Rp 100.000.

Kemudian saya ambil kertas dan pulpen, saya ingat-ingat lagi semua pengeluaran saya sejak terakhir mengambil uang di ATM sampai detik ini. Pengeluaran rutin pun saya catat. Hasilnya, ada uang 200.000 yang "hilang tak tahu rimbanya". Inilah overthinking versi saya yang menghabiskan waktu.

Namun, ketika energi saya sudah habis dan mengikhlaskan agar overthinking-nya tidak berlarut-larut, aliran uang Rp 200.000 bisa bertemu saat saya dalam melakukan salat. Artinya, setan sukses menggoda saya, seharusnya saya berkonsentrasi dengan bacaan salat, ternyata setan mengajak saya overthinking lagi.

Bagi saya, catatan keuangan, khususnya tentang pengeluaran uang, sangat penting artinya untuk bahan evaluasi dan perencanaan penggunaan uang di masa datang.

Namun, tentu tidak praktis bila semua pengeluaran dicatat secara rinci seperti yang berlaku di kantor. Untuk pengeluaran rutin, kita cukup mengetahui berapa kebutuhan setiap hari, sehingga bisa mengalokasikan dana buat satu minggu atau bahkan hingga satu bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun