Jadi, semua keraguan atau kecemasan, segera sirna begitu saya selesai divaksin pada pukul 09.22 WIB dan tidak terjadi apa-apa selama 30 menit menunggu setelah divaksin dalam rangka diobservasi.
Tapi, menjadi kelompok pertama, juga ada ruginya. Ada "proses belajar" bagi jajaran panitia dalam melakukan koordinasi, sehingga jadwal pelaksanaan tertunda sekitar 30 menit.Â
Untunglah, banyak sekali disediakan meja pendaftaran, untuk memeriksa identitas peserta yang telah terdaftar secara sistem.
Berikutnya juga disediakan sejumlah meja untuk tempat pengukuran suhu tubuh, tekanan darah, dan kadar oksigen.Â
Setelah semua indikator tersebut menyatakan layak untuk divaksin, baru para peserta dipersilakan ke ruang untuk disuntik vaksin, yang juga terdapat beberapa ruang secara paralel.Â
Terakhir, baru masuk ruang observasi selama 30 menit.
Tadinya saya pikir yang lebih menakutkan itu saat jarum suntik menembus lengan kiri saya di bagian atas. Tapi, alhamdulillah, sambil dalam hati berdoa, peristiwa sekitar 3 detik itu pun berakhir dengan hanya sedikit rasa sakit.Â
Menurut saya, tertusuk duri atau digigit semut merah, masih lebih sakit ketimbang disuntik.
Padahal, saya beberapa kali menonton berita melalui layar kaca, tentang laki-laki berbadan kekar seperti anggota kepolisian dan satpam yang berteriak-teriak saat divaksin, sehingga terpaksa dipegangi oleh beberapa orang. Saya pikir itu karena sugesti negatif saja.
Justru, yang mengkhawatirkan saya adalah kerumunan begitu banyak orang pada waktu bersamaan. Apalagi mereka sudah berusia 60 tahun ke atas. Saya malah termasuk "muda", karena yang berusia sekitar 70 tahun, jumlahnya lumayan banyak.Â
Sebagai catatan, target Kementerian BUMN akan ada 5.000 orang per hari yang divaksin. Maka, wajar saja bila saya menaksir ada sekitar 300-an peserta yang bersamaan menunggu di rombongan yang saya ikuti.Â