Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidur Siang, Self Reward Termurah dan Banyak Manfaatnya

6 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 6 Maret 2021   17:00 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, begitu saya membuka Kompasiana, saya menemukan tulisan tentang self reward atau memberikan penghargaan pada diri sendiri, lumayan banyak. Rupanya, hal itu menjadi salah satu topik pilihan yang "ditantang" oleh pengelola Kompasiana.

Sejak pandemi melanda negara kita, rasanya saya cukup banyak dapat self reward karena pada dasarnya saya memang orang rumahan. Sejak memasuki dunia kerja lebih dari 30 tahun lalu, baru sekarang ini, saya yang begitu lama ngendon di rumah. 

Bahkan, pada dua bulan pertama pandemi, saya betul-betul tidak ke mana-mana, tidak juga salat Jumat di masjid terdekat, cukup diganti dengan salat zuhur di rumah.

Setelah itu, paling tidak saya masih keluar untuk jalan kaki di sekitar rumah pada pagi hari, salat Jumat, ke kantor di hari tertentu, dan ke supermarket. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Tapi, dihitung-hitung, jumlah jam saya di rumah jauh lebih banyak ketimbang di luar rumah, dan itu bagi saya sudah reward tersendiri. Soalnya, dengan di rumah itulah me time versi saya bisa terlaksana tanpa hambatan yang berarti, yang di antaranya adalah untuk berselancar di Kompasiana. 

Membaca tulisan para kompasianer, memberi rating, memberi komentar, menulis, membalas komentar pembaca atas tulisan saya, semuanya saya anggap "rekreasi" saja, karena betul-betul menikmati.

Selain berkompasiana, membaca, menonton film, menonton televisi, terhubung dengan famili dan teman melalui media sosial, juga menjadi lebih sering saya lakukan ketimbang sebelumnya. Namun ada satu reward yang menurut saya spesial, yakni tidur siang barang 30 menit.

Tidur siang menjadi salah satu self reward versi saya yang betul-betul tidak bisa saya lakukan di kantor. Kalau sekadar mencuri waktu untuk sejenak melihat Kompasiana atau bermedia sosial, di kantor atau lagi dalam perjalanan pun, bisa saya lakukan.

Tapi, tidur siang tidak boleh kebablasan lama-lama. Saya sendiri, dari 30 menit yang saya alokasikan untuk tidur, yang betul-betul tertidur hanya 10-15 menit saja. Durasi sependek itu sudah sangat memadai, membuat saya segar kembali.

Seingat saya, dulu, di masa kecil saya sekitar akhir dekade 60-an hingga awal 70-an, tidur siang menjadi hal yang rutin dilakukan masyarakat, tidak hanya anak kecil seperti saya.

Paling tidak, itu yang saya lihat di Payakumbuh, Sumatera Barat. Ketika itu, para pegawai pada pukul 14.00 sudah pulang (tanpa ada istirahat jam 12.00 hingga 13.00 seperti sekarang), sehingga mereka masih sempat tidur siang.

Demikian pula para pedagang, biasanya mulai pukul 14.00 hingga 16.00  menutup tokonya, untuk tidur siang. Tapi, pertanda toko itu akan buka lagi pada sore hari, toko tidak ditutup total, hanya diberi terpal penutup barang dan ada semacam papan penghalang agar pengunjung tidak bisa masuk.

Namun, budaya tidur siang tersebut, mungkin tidak cocok lagi dengan kemajuan zaman, yang menuntut masyarakat untuk lebih produktif. Maka, budaya yang sebetulnya menyehatkan itu pun mulai ditinggalkan. 

Kegiatan perkantoran berlangsung dari pagi sampai sore, juga aktivitas para pedagang. Bahkan, itu pun belum cukup, terkadang hingga malam, manusia masih berkutat dengan berbagai aktivitas. 

Kreativitas dan produktivitas menjadi mantra baru yang membuat banyak orang lupa, bahwa jiwa dan raganya punya kapasitas yang tak bisa dipacu tanpa henti. Saya pun tanpa sadar tenggelam dalam arus seperti itu.

Meskipun saya tidur siang, kalau dijumlahkan dengan tidur malam, saya masih belum mencapai durasi tidur ideal selama 7-8 jam setiap hari. Bayangkan, bila saya tidak tidur siang, "utang" tidur saya makin bertumpuk.

Dikutip dari alodokter.com, ada lima manfaat tidur siang. Pertama, meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan. Hal ini berdasarkan hasil riset yang menyebutkan bahwa tidur siang dapat meningkatkan energi dan meningkatkan kelancaran aliran darah, termasuk di otak.

Kedua, memperbaiki suasana hati. Jika seseorang merasa stres, gelisah, atau cemas, tidur siang menjadi cara untuk relaksasi, sehingga menjadi lebih santai dan suasana hati bisa membaik. Dengan demikian, tidur siang bisa mengurangi risiko terkena gangguan mental seperti depresi.

Ketiga, meningkatkan daya ingat. Jika Anda ingin mempelajari atau menghafalkan materi, sebaiknya dilakukan setelah tidur siang. Hal ini membuat Anda lebih fokus dan mudah mengingatnya. Tidur siang pun diyakini baik untuk mencegah pikun atau demensia.

Untuk soal daya ingat ini, saya menambahkan dengan pengalaman saya sewaktu kuliah dulu. Saya sering tidur lebih awal, sehingga juga bagun lebih awal dalam keadaan segar untuk belajar. Dan nilai saya relatif lebih bagus ketimbang teman-teman saya yang begadang alias menerapkan gaya belajar SKS (sistem kebut semalam).

Keempat, menurunkan tekanan darah. Hal ini duduga karena tidur siang dapat mengurangi hormon stres kortisol, yaitu salah satu hormon yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Kelima, menambah jam tidur, mengingat sebagian orang karena berbagai kesibukan tidak punya waktu yang cukup untuk tidur di malam hari selama sekitar 7 jam. Jadi, dengan asumsi tidur malam 6 jam dan siang hari 1 jam, itu sudah ideal.

Jadi, jangan salah sangka dengan menyebutkan orang yang tidur siang sebagai pemalas. Jusru, tidur siang itu self reward paling murah yang banyak manfaatnya. 

Tapi, kalau tidur siangnya terlalu lama, tentu sudah tidak bagus. Apalagi bila dilakukan di tengah forum rapat seperti yang dilakukan beberapa anggota DPR, jangan ditiru, meskipun Anda rapat secara virtual. Atau, sewaktu mendengar khatib menyampaikan khutbah salat Jumat, jangan tidur, apalagi sampai mendengkur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun