Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Istilah "Merebut Suami Orang", Meninggikan atau Merendahkan Lelaki?

14 Maret 2021   10:06 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:19 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya saya tidak tertarik mengangkat kasus perselingkuhan artis Nisa Sabyan dengan Ayus, keyboardist Sabyan Gambus yang notabene sudah punya istri. 

Jujur, saya tidak tahu latar belakang permasahannya. Apa yang muncul di permukaan, belum tentu benar.

Tapi istilah "merebut suami orang" yang disematkan pada Nisa, agak mengganggu saya. Saya tidak dalam posisi membela Nisa, namun izinkan saya untuk berterus terang bahwa saya tidak sependapat dengan istilah itu.

Menurut saya, dengan "merebut", seolah-olah terjadi main tarik-tarikan antara Nisa dan istri sah Ayus. Lalu, dalam hal ini, Ayus terlepas dari genggaman istrinya, berpindah ke tangan Nisa.

Padahal, siapa tahu, ya sekali lagi, siapa tahu, Ayus juga berperan besar dengan menjulurkan tangannya ke arah Nisa, sehingga Nisa dengan gampang bisa merebut. Bahkan, mungkin istilahnya bukan merebut, tapi menerima penyerahan diri Ayus.

Baik, saya cukupkan saja kisah Nisa sampai di situ. Soalnya, saya memang tidak ingin secara spesifik membahas kasus tersebut. Tulisan di bawah ini berlaku secara umum, bisa terjadi pada siapa saja. 

Bahwa kasus perselingkuhan, harus diakui semakin banyak, meskipun masyarakat kita semakin religius dilihat dari gaya berpakaian. Maraknya media sosial yang membuat seseorang gampang mendapatkan teman, diduga ikut memicu kasus perselingkuhan.

Suami orang itu bukan barang tak bernyawa. Jadi, dalam rebut merebut, pasti ada kontribusi aktif si suami. Bisa saja, si suami yang berinisiatif memulai hubungan dengan perempuan lain, meski istrinya menunggu di rumah.

Apalagi, bila perempuan itu berstatus lajang, terlepas dari janda atau gadis, si lelaki merasa sah-sah saja, karena poligami tidak dilarang menurut agama Islam, meskipun dengan sejumlah persyaratan.

Itulah ketidakadilannya, kalau yang "gatal" itu suami orang. Meskipun pihak perempuan tidak merebut, malah direbut dari orang tuanya, tetap yang ditembak seorang perempuan yang masih single. 

Ya, bisa dimaklumi bila muncul pertanyaan kepada si wanita, kenapa tidak bertanya dulu status seorang pria yang menggodanya, sudah punya istri atau belum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun