Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Review Produk, Niat Baik, Kejujuran, dan Berimbang

3 Februari 2021   13:05 Diperbarui: 3 Februari 2021   15:44 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Produsen produk perlengkapan outdoor dengan brand Eiger, merupakan produk dalam negeri yang mampu bersaing dengan produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri. Jaket, ransel, sepatu, sandal, dan berbagai perlengkapan untuk para pendaki gunung, merupakan contoh barang yang diproduksi Eiger.

Baru-baru ini reputasi Eiger yang selama ini tergolong terpercaya, agak tercemar karena perseteruannya dengan salah seorang youtuber. Eiger tidak puas dengan cara si youtuber melakuan review atas salah satu produk Eiger yang dibelinya. Hal ini berbuntut panjang, karena warganet menilai Eiger sudah kebablasan.

Tulisan berikut ini tidak bermaksud mengulas kasus Eiger. Namun, ingin mengemukakan catatan berkaitan dengan review yang sering dilakukan mereka yang aktif di media sosial atas brand, produk, atau jasa tertentu yang dibeli dan digunakannya. 

Dalam hal ini, yang melakukan review hanya seorang konsumen biasa, bukan public figure yang bertugas mempromosikan suatu produk. Artinya, review dilakukan atas dasar pengalaman, yang tentu saja bersifat subyektif.

Mungkin timbul pertanyaan, apa kapasitas yang melakukan review tersebut, apakah ia seorang expert yang memang memahami liku-liku pembuatan produk tersebut. Ya, bila yang melakukan review seorang pakar, tentu lebih kredibel.

Tapi bukan berarti yang bukan ahlinya tidak boleh melakukan hal yang sama. Justru seorang yang awam bisa jadi mewakili orang awam lainnya. Pola pikir dan perepsi orang awam, yang nota bene merupakan mayoritas konsumen, inilah yang akan diterima sebagai "kebenaran", meskipun dalam beberapa aspek berbeda pendapat dengan yang disampaikan seorang pakar..

Hal pertama yang perlu diingat oleh orang biasa yang ingin menuliskan pengalamannya sebagai seorang konsumen, adalah faktor niat. Niatnya harus baik, demi konsumen. Bukan sebagai iklan kerjasama dengan produsen, bukan pula iklan karena produsennya adalah keluarga atau teman sendiri. Juga bukan sengaja menjelek-jelekan demi membantu produsen lain yang jadi pesaing brand yang diulas di media sosial.

Dengan demikian, sebagai turunan dari niat baik, faktor kedua adalah independensi dari individu yang melakukan review. Independensi itu harus tergambar pada ulasan yang berimbang. Jangan hanya membeberkan kejelekannya, ulas juga sisi baiknya, agar lengkap dan komprehensif. 

Adapun aspek yang diulas, paling tidak menyangkut mutu barang, penampilan/kemasan, pelayanan yang diterima, kenyamanan menggunakannya, model atau gayanya, harganya, kemudahan mendapatkannya, dan hal lain yang diperkirakan menjadi bahan pertimbangan seseorang dalam membeli sebuah produk.

Semua yang diungkapkan di atas dilakukan secara jujur. Kejujuran ini sekaligus menjadi faktor ketiga yang perlu diperhatikan sebelum seseorang melakukan review. Apa yang ditulis betul-betul yang dialami dan dirasakan, tidak ditambah-tamabahi dan tidak dikurang-kurangi. 

Faktor keempat, objeknya pun harus spesifik dan jangan terjebak untuk menggeneralisir. Jika yang dibeli merupakan satu seri atau model tertentu dari sebuah produk, dan kebetulan kekurangannya lebih banyak dari kelebihannya, jangan berkesimpulan seri atau model yang lain juga seperti itu.

Apalagi menggenaralisir produk dan brand. Ingat, produk merupakan bagian dari brand. Bisa jadi pada brand yang bagus ada produk yang kurang diminati konsumen, sehingga mungkin akan diperbaiki oleh pemilik brand.

Faktor kelima, tutup ulasannya dengan mengatakan bahwa review itu merupakan pendapat pribadinya. Hal ini lazim disebut dengan "disclaimer", yang memberi peringatan bagi pembaca bahwa jika si penulis hanya sekadar mengungkapkan pendapatnya. 

Jika pembaca mengikuti saran si penulis dan ternyata menemukan hal yang tidak sama dengan yang diulas, bukan menjadi tanggung jawab si pengulas. Perlu disadari, setiap orang bisa berbeda-beda seleranya. Jadi, secara tidak langsung, disclaimer mengakui ada unsur subjektivitas dalam ulasannya.

Nah, sekarang dilihat dari kacamata pemilik brand atau produk, tidak perlu kecewa jika rapornya banyak yang merah ketimbang yang hijau. Justru sebaiknya berterima kasih pada si pengulas, dijadikan masukan berharga  untuk tindakan perbaikan di masa mendatang.

Bagaimanapun juga, maraknya media sosial membuat para produsen tidak bisa menghindari dari ulasan independen para konsumennya. Jika dirasakan ulasannya tersebut keliru, bisa menggunakan hak jawab di media sosial tersebut tanpa terkesan menyerang si penulis.

Cukup kemukakan poin-poin keberatannya yang dilengkapi berbagai bukti pendukung. Jangan lupa untuk menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf pada si penulis review produk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun