Rendang akan menjadi makanan yang sangat bermanfaat bagi para warga terdampak bencana, karena nilai gizinya lebih tinggi. Selain itu, bagi yang terlalu serung makan mi instan, tentu akan merasa bosan, dan rendang bisa menjadi makanan yang membangkitkan selera.
Soal kepraktisan, rendang juga praktis dan tahan lama, meskipun setelah beberapa hari sebaiknya dipanaskan dulu sebelum dikonsumsi. Yang justru kurang praktis adalah membuatnya. Untuk menghasilkan rendang yang siap saji itu, dibutuhkan waktu yang lama dengan cara yang manual, karena masih sulit diproduksi memakai mesin seperti di pabrik mi instan skala besar.
Perlu diketahui, bantuan dari Sumbar itu, mengacu pada berita TVRI (Kamis, 28/1/2021), belum melibatkan Pemprov Sumbar. Padahal, panitia berharap sekiranya ada bantuan dari pemerintah daerah, sedikitnya akan terkirim 1 ton rendang.
Jadi, yang telah terkirim, murni berupa swadaya masyarakat yang dikumpulkan dari beberapa kelompok usaha, antara lain UMKM Ikaboga, Bulan Sabit Merah, Gebu Minang, UPI-Silungkang, Asese, dan Siti Nurbaya Food.
Semoga bantuan warga Sumbar tersebut menjadi penghibur hati bagi warga Sulbar yang masih tinggal di tempat penampungan sementara dan belum bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal.Â
Inilah bukti bahwa rasa persaudaraan di negara kita belum hilang. Sulbar dan Sumbar dipisahkan jarak ribuan kilometer. Kalau naik pesawat dari Padang ke Mamuju, harus tiga kali terbang, yakni Padang-Jakarta, Jakarta-Makassar, dan Makassar-Mamuju.Â
Bayangkan kalau naik kapal laut, bisa satu minggu. Tapi jarak jauh terasa dekat di hati. Penderitaan warga daerah lain, juga dirasakan oleh warga di luar daerah bencana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H