Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hati-hati Bila Hubungan Diawali dengan Kekaguman yang Berlebihan

17 Juli 2021   18:00 Diperbarui: 17 Juli 2021   19:08 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. cosmopolitan.co.id

"Kalau manis jangan cepat ditelan, kalau pahit jangan cepat dibuang", begitu ungkapan yang sering kita dengar. Bukankah makanan atau minuman yang manis bisa mendatangkan penyakit, sedangkan yang pahit bisa jadi obat.

Begitu pula dalam interaksi antar manusia, termasuk dalam percintaan. Pernah mendengar istilah "hallo effect"? Ini seperti kata iklan zaman dulu dari sebuah produk yang populer: "Kesan pertama sungguh menggoda, selanjutnya terserah Anda". 

Hallo effect adalah istilah dalam bidang psikologi yang menjelaskan bahwa seseorang cendrung bias dalam menilai orang lain, tergantung pada kesan pertama, meskipun baru melihat sekilas pada orang lain tersebut.

Hanya dengan melihat penampilan fisik seseorang, melihat caranya berpakaian, caranya berbicara, atau melihat ekspresi wajahnya, lagsung disimpulkan bahwa seseorang itu baik atau tidak baik.

Itulah kenapa mereka yang bertampang tampan atau cantik dan ditunjang dengan cara berbicara yang baik, cenderung diberi nilai bagus oleh gurunya di sekolah.

Bahkan, di lapangan pekerjaan pun, ada yang masih seperti itu, maksudnya menguntungkan mereka yang dari hallo effect terkesan baik.

Namun, perusahaan yang sudah mapan, biasanya mempunyai standar penilaian kinerja individu karyawan yang lebih komprehensif dan objektif.

Nah, karena tulisan ini lebih menitikberatkan pada relasi dua insan berlainan jenis, yang dilihat adalah pengaruh hallo effect pada kelanggengan hubungan dalam jangka panjang.

Anda yakin dengan "cinta pada pandangan pertama"? Jika iya, sebaiknya hati-hati, itu belum tentu cinta yang sesungguhnya, karena dari memandang saja, baru menimbulkan pesona secara fisik.

Cinta pada pandangan pertama, kalau itu memang ada, sebetulnya hanya semacam hallo effect. Termasuk juga dalam hal ini, pandangan pertama yang lebih terbatas seperti baru berkenalan melalui media sosial.

Tentang bagaimana karakter seseorang, terlalu dini bila ditebak dari wajah atau  penampilan. Meskipun tak bisa disangkal, kesan pertama bahwa seseorang itu judes, sombong, ramah, atau pendiam, bisa saja terlihat dari penampilan fisik. 

Tapi, kesan pertama itu masih butuh pendalaman. Seseorang mungkin saja pendiam di depan teman barunya. Tapi, bila sudah beberapa kali bertemu, bisa jadi si pendiam akan ngomong banyak.

Terhadap orang yang baru dikenal, setelah nantinya didalami karakternya, akan terbagi atas empat kelompok seperti berikut ini.

Pertama, orang yang dari kesan pertama sudah terlihat baik, lama-lama tetap baik. Artinya, kesan pertama itu tidak menipu.

Kedua, orang yang dari kesan pertama terlihat baik, tapi lama-lama berbalik. Satu persatu terkuak kejelekannya. O ternyata dia itu begini, o ternyata dia itu begitu (dalam konotasi yang negatif)

Ketiga, orang yang dari kesan pertama terlihat kurang baik, dan lama-lama pun tetap kurang baik. Ini sama dengan yang pertama, bahwa hallo effect-nya tidak menipu.

Keempat, orang yang dari kesan pertama terlihat kurang baik, tapi lama-lama mulai tersingkap sinarnya. Ternyata dia begini dan begitu (dalam konotasi yang positif). 

Yang paling ideal tentu saja kelompok pertama. Namun, bukankah manusia tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang hitam putih, semuanya in between, alias abu-abu.

Sebaliknya, yang paling tidak ideal, jelas kelompok ketiga. Tapi, bila berkenalan dengan yang bertipe seperti ini, jangan buru-buru "membuangnya".

Tetap perlu waktu untuk pendalaman lebih lanjut, siapa tahu ia sebenarnya masuk kelompok keempat. Kecuali, sejak awal telah terbukti moralnya rusak, misalnya ia suka menggunakan narkoba.

Kembali ke soal "abu-abu", ada orang yang abu-abunya agak berat ke warna hitam (abu-abu tua), dan ada yang agak berat ke warna putih (abu-abu muda). Yang abu-abu muda, ini yang pantas dijadikan "sasaran tembak".

Maka, dapat dipahami, sebetulnya kelompok keempat layak diusahakan untuk menjadi teman hidup, menjadi pilihan yang realistis, ketimbang kelompok kedua.

Agar bisa mengelompokkan seseorang yang ditaksir secara pas, ketika belum lama berkenalan yang berbuntut dengan munculnya kekaguman, jangan buru-buru ingin jadian. Jalani saja dulu sebagai teman akrab.

Jika ada rasa kagum berlebihan pada pasangan, justru menjadi alarm untuk waspada. Contoh kekaguman berlebihan tersebut, bila semuanya terlihat bagus, tanpa menemukan satu pun aspek negatif dari si pujaan hati.

Ingat kembali rumusnya bahwa tak ada manusia yang sempurna. Agar kemudian tidak menyesal, harus ditemukan kelemahannya.

Makanya, pasang mata lebih jeli, pasang telinga lebih lebar, untuk mendeteksi sisi tidak enak dari karakter si pasangan. Setelah itu baru ditimbang-timbang, apakah masih termasuk dapat ditoleransi atau tidak.

Justru, bila bisa mengetahui langsung bagaimana seseoang marah, kecewa, sedih, dan sebagainya, akan lebih baik. Sehingga, waktu nanti sudah berumah tangga, secara mental tidak lagi bikin kaget dan sudah tahu cara mengatasinya.

Sebagai penutup, tulisan ini menambahkan yang terkait dengan makin banyaknya WNI yang menikah dengan WNA. Hal ini antara lain juga didukung oleh gampangnya perkenalan melalui media sosial.

Nah, hubungan beda negara tersebut sebetulnya banyak mengandung sisi positif, sepanjang kedua belah pihak bisa menerima perbedaan budaya dan bahasa, dan mungkin juga perbedaan agama. 

Tapi, sekali lagi, jika diawali dengan kekaguman berlebihan, seolah-olah orang bule pasti lebih hebat, lihat lagi uraian di atas, maksudnya harus hati-hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun