Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kasus Covid-19 Tembus Angka Psikologis Satu Juta, Masih Enggan Divaksin?

26 Januari 2021   05:29 Diperbarui: 27 Januari 2021   03:58 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock, melalui kompas.com

Pencapaian kinerja sebuah perusahaan, biasanya bila menembus angka psikologis tertentu, akan dirayakan secara khusus. Hal ini selain untuk memotivasi para karyawan perusahaan untuk bekerja lebih giat, juga sebagai salah satu promosi, jika acara tersebut diliput oleh jurnalis.

Contohnya, ketika aset sebuah bank masih di kisaran puluhan triliun rupiah, maka begitu akhirnya menembus Rp 100 triliun, akan ada semacam selebrasi. Begitu juga bagi pabrik yang produksinya menembus 1 juta unit dalam satu tahun, padahal sebelumnya cuma beberapa ratus ribu unit saja.

Angka 1 juta, 1 miliar, atau 1 triliun, merupakan angka cantik dan mudah diingat, yang menjadi obsesi pihak manajemen perusahaan untuk menembusnya lebih cepat dari prediksi semula. Makanya disebut sebagai angka psikologis.

Uraian berikut ini juga berkaitan dengan angka psikologis, tapi sama sekali tidak layak untuk dirayakan, tapi tetap perlu diketahui sebagai peringatan keras bagi kita semua. Soalnya, ini berkaitan dengan masa depan kita, baik sebagai individu, maupun sebagai bangsa Indonesia.

Begini, dari data perkembangan akumulasi kasus pasien yang terkonfirmasi Covid-19 di seluruh tanah air, sampai hari Senin (25/1/2021) tercatat sebanyak 999.256 kasus. Artinya, dapat dipastikan, pada hari ini (Selasa, 26/1/2021), angka psikologis 1 juta kasus akan ditembus.

Sebetulnya, angka psikologis di atas diperkirakan sudah tembus pada Senin kemarin. Jadi, ada semacam "keberhasilan" dengan menunda satu hari. Jika saja kasus penambahan harian pada Senin kemarin sebanyak 11.000 kasus, maka prediksi tersebut akan menjadi kenyataan.

Prediksi 11.000 kasus bukan hal berlebihan, mengingat rekor tertinggi penambahan kasus harian sekitar beberapa hari sebelumnya berada di angka 14.000-an. Lalu, setelah itu kasus harian juga berkisar di angka 12.000-an.

Tapi, dengan "hanya" 9.994 kasus harian pada Senin kemarin, cukup membantu untuk menunda pencapaian angka psikologis 1 juta kasus. Ya, hanya tertunda satu hari, namun berpotensi menjadi berita baik, bila setiap harinya penambahan kasus baru bisa konsisten ditekan di bawah 10.000.

Menarik mengamati, bahwa sejak kasus pertama ditemukan, awal Maret 2020 lalu, hanya membutuhkan waktu 10 bulan 25 hari untuk menembus 1 juta. Sebuah jumlah yang tak terbayangkan sebelumnya, dan diharapkan tidak akan pernah terjadi.

Memang, ketika kasus harian masih di angka ratusan, berlanjut di angka 1.000 hingga 2.000 kasus per hari, pergerakan menembus angka psikologis 100.000 kasus berjalan perlahan. 

Kemudian, ketika angka psikologis 500.000 bisa ditembus, hanya soal waktu, angka 1 juta pun sudah diprediksi juga akan terlewati. Dan itu sangat terasa sejak libur natal dan tahun baru yang lalu, ketika kasus harian selalu di atas 8.000, dan bahkan lumayan sering di atas 10.000.

Ketika yang terpapar masih sedikit, suasana "horor" mampu tercipta di tengah masyarakat sebagai bentuk kewaspadaan yang tinggi. Herannya, begitu kasus melonjak tajam, kok "horor"-nya mulai menghilang dan berganti dengan suasana yang biasa-biasa saja.

Ya, bisa jadi karena sebagian sudah tahu kuncinya, yakni berdisiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, sering mencuci tangan dengan sabun dan dibilas dengan air yang mengalir. Sehingga, untuk yang seperti ini, sudah tidak terlalu khawatir lagi.

Masalahnya, tak sedikit yang asyik saja beraktivitas di luar rumah tanpa mematuhi protokol kesehatan, dan mereka tetap cuek tanpa rasa khawatir. Inilah yang mungkin menjadi penyebab kenapa angka psikologis satu juta dengan gampang ditembus.

Dalam situasi seperti ini, seharusnya semua kita, sepanjang memenuhi syarat, tidak enggan untuk menerima vaksin. Meskipun yang divaksin tetap diminta untuk mematuhi protokol kesehatan, agar kita tak perlu menembus angka psikologis 2 juta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun