Seperti sudah diduga sebelumnya, jumlah pasien baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 selama 24 jam terakhir per tanggal 8 Januari 2021 tercatat sebanyak 10.617 orang. Sehari sebelumnya dengan angka yang melonjak tajam, yakni 9.321 kasus, ternyata belum puncak penambahan kasus harian.
Data tersebut merupakan angka nasional. Sedangkan angka sebaran di setiap provinsi, menunjukkan dominasi Jakarta dan Jawa Barat makin menjadi-jadi. Tercatat hampir 3.000 orang di Jakarta, tepatnya 2.959 penambahan kasus harian per 8 Januari 2021 dan 1.824 kasus di Jawa Barat. Sehari sebelumnya, 2.398 kasus baru di Jakarta dan 1.416 di Jawa Barat.
Melihat angka nasional di atas, berarti rekor baru pecah lagi pada tanggal 7 Januari 2021, dan hanya bertahan satu hari, kembali pecah rekor pada 8 Januari 2021. Inilah angka harian tertinggi sejak Covid-19 ditemukan 10 bulan yang lalu. Dan yang jadi biang kerok, tak bisa dihindarkan lagi, yakni pegerakan massal masyarakat selama libur panjang sehubungan dengan perayaan natal dan tahun baru (nataru).
Ini hanya semacam pengulangan, tapi dengan jumlah kasus yang lebih banyak, seperti yang terjadi pada momen tiga kali libur panjang sebelumnya. Makanya, banyak pengamat menduga bahwa beberapa hari setelah libur nataru, pasien baru Covid-19 akan melonjak tajam.
Ironis sekali, kenapa banyak warga yang tidak mau atau tidak mampu mengambil pelajaran dari libur panjang sebelumnya? Akibatnya, sekarang rumah sakit kewalahan menampung pasien baru, tenaga kesehatan jadi sibuk luar biasa.
Kemudian berlanjut lagi dengan kesulitan pemerintah daerah untuk meyiapkan perluasan atau penambahan lahan pemakaman khusus untuk jenazah yang meninggal karena Covid-19. Para pembuat peti mati bekerja siang malam memenuhi pesanan baru.
Ujung dari semua itu, tentu saja pengeluaran pemerintah semakin membengkak. Bisa jadi anggaran negara harus direvisi lagi agar menyesuaikan dengan kondisi terbaru. Atau, mungkin pemerintah masih punya dana darurat.
Rekor baru di atas sejalan dengan hasil survei yang menyimpulkan masyarakat semakin berkurang kepatuhannya dalam melakukan 3 M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan), seperti yang disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, yang diberitakan salah satu stasiun televisi, Jumat (8/1/2021).
Lalu sekarang muncul kebijakan yang sudah terlambat yakni pembatasan kegiatan masyarakat dengan lebih ketat di Jawa-Bali, mulai 11 Januari hingga 25 Januari 2021. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Penjabaran dari pembatasan kegiatan tersebut antara lain aturan jam tutup pusat perbelanjaan dipercepat menjadi jam 19.00. Untuk aktivitas di perkantoran, jumlah karyawan yang masuk dibatasi sebanyak 25 persen. Sisanya bekerja dari rumah (work from home atau disingkat WFH) atau bekerja dari destinasi wisata (work from destination, disingkat WFD).
Khusus untuk WFD, agaknya perlu dikritisi, tepatkah momennya bila kenyataannya jumlah pasien baru Covid-19 masih saja semakin banyak dari hari ke hari. Justru, suara dari beberapa pihak agar pemerintah menerapkan lockdown atau pembatasan kegiatan secara total, semakin kuat terdengar.
Selain itu, aturan menjaga jarak bagi penumpang transportasi publik, juga untuk kendaraan pribadi, diterapkan lebih ketat. Pembatasan kegatan sosial, seni, budaya, dan keagamaan, yang dilakukan secara bersama, akan terkena dampak pula.
Semoga masyarakat bisa dengan sabar menjalani pembatasan kegiatan dan sekaligus mematuhi protokol kesehatan. Inilah harga yang harus dibayar karena tidak belajar dari pengalaman yang sudah beberapa kali terjadi.Â
Sedangkan bagi pemerintah, jangan sampai setengah hati memberlakukan pembatasan kegiatan secara ketat. Koordinasi antar pusat dan daerah harus berjalan baik, demikian pula antar tim ekonomi dan tim kesehatan. Akan kacau bila yang satu menarik rem, namun yang lain malah menginjak gas.
Sementara itu, memang ada kabar baik, berita di media massa tentang distribusi vaksin Covid-19 semakin gencar. Dijadwalkan mulai minggu depan sudah ada kelompok prioritas yang menerima suntikan vaksin, diawali dengan vaksin terhadap Presiden serta para kepala daerah.
Namun demikian, harapan dengan adanya vaksin jangan sampai membuat masyarakat lengah. Semuanya harus simultan, baik program vaksinansi, maupun pembatasan kegiatan masyarakat.Â
Perjuangan masih panjang agar negara kita tercinta ini tidak habis tersapu badai Covid-19. Mari kita kompak agar badai pasti berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H