Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

WFD Kehilangan Momentum, "Tenggelam" oleh Bencana Beruntun

17 Januari 2021   11:06 Diperbarui: 17 Januari 2021   11:14 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, melontarkan suatu ide yang bagus, yang diniatkan sebagai langkah terobosan untuk menghidupkan sektor pariwisata yang mati suri sejak terjadi bencana pandemi.

Bang Sandi, demikian panggilan akrab sang menteri yang belum lama dilantik itu, ingin menggalakkan program work from destination (WFD). Penafsirannya, kurang lebih bahwa orang-orang diimbau untuk bekerja dari sebuah lokasi yang menjadi destinasi wisata. 

Memang, seperti apa pedoman pelaksanaannya, belum banyak diberitakan media massa. Mungkin masih digodok atau mungkin juga ide tersebut hanya lontaran spontan, sekaligus untuk menguji reaksi publik.

Karena tanggapan masyarakat yang terungkap melalui media massa tidak begitu ramai, apalagi segera "tenggelam" oleh terjadinya bencana yang beruntun di berbagai tempat di tanah air, akhirnya WFD seperti  kehilangan momentum, tidak lagi bergulir.

Tapi, sekadar wacana, jika WFD akan diterapkan, mereka yang akan menjalaninya perlu sangat selektif dalam memilih destinasi. Tiga kriteria harus terpenuhi, yakni, pertama, destinasi tersebut memenuhi persyaratan kesehatan untuk menghindari para pengunjungnya terpapar Covid-19.

Jika ada sertifikasi dari dinas kesehatan setempat yang menerangkan di sana telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat, tentu akan lebih baik. Dengan catatan, sertifikasi itu diberikan melalui prosedur yang benar.

Kedua, destinasi tersebut harus nyaman untuk bekerja, berikut dengan tersedianya berbagai fasilitas penunjang. Tentu juga jaringan internetnya yang kencang, mutlak diperlukan, agar pekerjaan yang membutuhkan koordinasi dengan orang lain dapat berjalan lancar.

Ketiga, destinasi itu punya daya tarik  yang kuat sebagai objek wisata (pemandangannya, kulinernya, dan sebagainya). Bahkan, kalaupun pengunjung hanya berniat untuk staycation atau berdiam di kamar hotel, pilih yang dari jendelanya terlihat view yang bagus.

Yang relatif lebih aman sebagai tempat WFD misalnya tinggal di villa yang jauh dari keramaian. Lokasi seperti di Puncak (Jawa Barat), Anyer (Banten), Baturaden (Jawa Tengah), sekadar menyebut beberapa contoh, pantas untuk dipertimbangakan bagi mereka yang sehari-hari bekerja di Jakarta dan sekitarnya. Dengan catatan, syarat di butir pertama dan kedua, terpenuhi.

Tapi, pelakasanaan WFD sebaiknya jangan berdekatan dengan saat libur panjang. Bisa dipastikan, ketika itu akan terjadi macet yang parah di sepanjang perjalanan. Akhirnya, pengunjung bisa kelelahan atau malah jadi kesal. Sedangkan di hari-hari kerja biasa, biasanya kendaraan di jalan raya menuju berbagai destinasi wisata agak sepi.

Ngomong-ngomong tentang sertifikat kesehatan di destinasi wisata, ternyata memang sekarang ada yang disebut dengan "Sertifikat CHSE", yang merupakan singkatan dari Clean, Health, Safety, dan Environment. Sertifikat ini dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap pelaku usaha pariwisata yang memenuhi syarat kebersihan, sehat, aman, dan memperhatikan pelestarian lingkungan. 

Dengan sertifikat tersebut, diharapkan klop dengan program WFD. Sayangnya, seperti telah disinggung di atas, ide WFD sudah kehilangan momen, tenggelam oleh berbagai bencana yang datang bertubi-tubi melanda negeri kita tercinta ini.

Seperti sekarang ini, selain gempa bumi di Mamuju dan Majene (Sulawesi Barat), banjir besar juga terjadi di sejumlah kawasan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Aceh, Sulawesi Utara, dan mungkin juga di tempat lain yang belum terekspos di media massa. 

Demikian juga dengan bencana longsor yang meminta korban nyawa dari belasan warga di Sumedang, Jawa Barat. Selain itu, ada erupsi Gunung Merapi yang berdampak pada sejumlah pemukiman di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kemudian, seperti diketahui, musibah yang menimpa maskapai Sriwijaya Air, merupakan kabar duka bagi dunia penerbangan Indonesia.

Dan jangan abai, bencana yang di depan mata kita adalah jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 setiap harinya makin bertambah secara signifikan. Data terbaru, pada Sabtu (16/1/2021) kemarin, penambahan harian secara nasional kembali mencetak rekor baru, sebanyak 14.224 kasus. Akankah program WFD berlanjut? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun