Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Stock Opname Kesehatan Finansial, Melacak Jejak Uang Anda

1 Januari 2021   19:07 Diperbarui: 2 Januari 2021   02:06 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stock Opname (selanjutnya disingkat SO), merupakan istilah yang biasanya digunakan dalam kegiatan akuntansi, yang artinya melakukan perhitungan secara fisik atas semua barang yang dimiliki sebuah perusahaan.

Barang tersebut bisa berupa barang yang akan dijual atau bahan baku yang akan diolah terlebih dahulu. Jangan heran, bila ada supermarket yang menghentikan operasinya pada malam tahun baru, karena lagi dilakukan SO.

Kenapa harus SO? Bukankah pada perusahaan yang rapi catatan pembukuannya, sudah jelas berapa jumlah barang yang dibeli dan berapa yang telah terjual? Dengan demikian, tentu sudah bisa diketahui berapa jumlah barang yang masih tersisa, tanpa perlu capek-capek menghitungnya.

Ya, logikanya memang seperti itu. Tapi, saat pembukuan perusahaan diaudit, sudah merupakan standar, auditor harus melakukan SO. Dan memang, biasanya terdapat perbedaan antara jumlah yang ada pada catatan dengan jumlah yang didapat saat SO.

Penyebab perbedaan itu bisa karena adanya barang yang rusak, menyusut, atau hilang, baik karena digondol maling, maupun dibawa pulang oleh oknum karyawan perusahan itu sendiri.

Baik, fokus tulisan ini sebetulnya bukan SO seperti di atas. Tapi, SO dalam rangka mengecek kesehatan finansial seseorang. Jadi, setiap orang sebaiknya rutin, minimal sekali setahun, melakukan SO atas aset yang dimilikinya serta utang yang jadi kewajibannya.

Ya, katakanlah semacam inventarisasi kekayaan. Bagi pejabat pemerintah, hal ini sudah familiar, karena wajib melaporkan harta kekayaannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Caranya, mirip dengan SO perhitungan barang di atas, yakni mencocokkan catatan di atas kertas dengan kondisi di lapangan. Tapi, masalahnya, jangan-jangan ada yang tidak punya catatan, sehingga tak bisa dicocokkan. 

Dalam hal ini hasil SO dianggap sebagai hal yang benar dan menjadi dasar pencatatan. Baru tahun depan SO lagi dan dibandingkan dengan catatan yang ada.

Jangan seperti pengalaman seorang teman yang setelah suaminya meninggal, kehilangan dua bidang tanah. Tanah pertama tidak jelas di mana lokasinya secara persis. Hanya ia ingat, almarhum suaminya pernah bercerita nama sebuah kampung dan ancar-ancar lokasinya. 

Soalnya, almarhum membeli bersamaan dengan beberapa orang teman kantor, yang masing-masing membeli satu bidang, dengan bukti kwitansi dan surat yang ditandatangani Ketua RT setempat. Sayangnya, bukti tersebut setelah dicarinya berkali-kali tidak bertemu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun