Padahal, dengan modal beberapa ratus ribu rupiah saja, seseorang sudah bisa membeli saham. Banyak perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di BEI dengan harga per lembar di kisaran Rp 1.000.Â
Pembelian dilakukan dalam satuan lot, di mana satu lot terdiri dari 100 lembar. Bukankah tidak perlu modal besar untuk jadi seorang investor saham?
Nah, masalahnya dalam masa pandemi seperti sekarang, saham apa yang sebaiknya dikoleksi? Bukankah dunia usaha lagi terpuruk? Saham-saham dari perusahaan di bidang transportasi dan pariwisata, mungkin bukan dalam kondisi yang menguntungkan karena pergerakan masyarakat yang sangat terbatas.
Tapi, saham dari perusahaan farmasi atau bisnis lain yang berkaitan dengan kesehatan, sekarang kinerjanya lagi bagus-bagusnya. Demikian pula saham perusahaan yang berkaitan dengan usaha di bidang teknologi informasi.
Untuk saham-saham perbankan, memang awalnya ada kekhawatiran berkaitan dengan besarnya tingkat kredit macet karena nasabahnya terdampak pandemi. Tapi, sekarang saham bank-bank papan atas, seperti BBCA (saham BCA), BMRI (Bank Mandiri) dan BBRI (saham BRI), mulai diburu investor lagi, karena prospeknya membaik.
Setelah memiliki saham, tetap perlu diingat, sebaiknya jangan menjadikan saham sebagai satu-satunya tempat berinvestasi. Diversifikasi investasi mutlak diperlukan.Â
Simpanan di bank, baik berupa tabungan untuk transaksi sehari-hari, maupun dalam bentuk deposito sebagai investasi, merupakan cara konvensional yang layak tetap dipertahankan.
Emas, valuta asing, obligasi yang diterbitkan pemerintah, dan reksadana juga layak menjadi pilihan dalam melakukan diversifikasi. Tinggal dilihat berapa dana yang dimiliki dan bagaimana mengatur pengalokasiannya ke berbagai jenis investasi yang telah ditulis sebelumnya.
Bahkan, jika sudah punya penghasilan yang memadai, membeli properti dalam bentuk rumah, baik secara tunai atau melalui kredit pemilikan rumah, juga sangat menguntungkan, karena harganya dalam jangka panjang akan naik signifikan. Lagipula, rumah yang tidak dipakai sendiri bisa disewakan.
Pendek kata, seseorang yang sudah menjalani profesi tertentu dan mempunyai penghasilan, jangan terlena dengan terlalu banyak berbelanja, jalan-jalan, atau hal-hal yang bersifat konsumtif lainnya.Â