Masyarakat Indonesia sangat beragam, terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, adat dan budaya, juga ada perbedaan dalam tingkat pendidikan dan kesejahteraan. Namun, ada satu hal yang sama, semuanya pasti dilahirkan seorang ibu. Diharapkan semua orang akan patuh apabila mengingat pesan ibunya, sebagai wujud bakti seorang anak.
Jika aparat pemerintah melarang orang membuang sampah sembarangan, terlihat kurang bertuah. Coba kalau ibu yang melarang, rasanya lebih menggugah. Begitu juga yang diharapkan dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.
Sayangnya, sudah dua bulan lebih pesan ibu bergaung, secara sekilas boleh dikatakan masih belum efektif. Indikatornya gampang, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 setiap harinya makin bertambah banyak.Â
Jangan-jangan masyarakat merasa yang berpesan di televisi itu bukan dari ibunya, atau hanya sekadar akal-akalan pemerintah saja. Apalagi sekarang tersiar kabar akan diberikan vaksin gratis kepada seluruh warga. Â Sangat riskan kalau hal ini jadi kontra produktif dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19.
Padahal, dengan atau tanpa vaksin, mematuhi protokol kesehatan perlu dilakukan sebagai kebiasaan baru yang baik. Maka, pada peringatan hari ibu kali ini, mohon kita semua menganggap pesan protokol kesehatan tersebut betul-betul dari ibu kita masing-masing.
Ibu yang ketika kita masih kecil dengan penuh kasih sayang memeluk kita saat kita sakit. Nah, sekarang ibu yang sama tidak mau kita sakit, masak pesannya kita abaikan, kita anggap angin lalu saja?