Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Derita Pengidap Dobel OTG, Orang Tanpa Gejala dan Tanpa Gaji

21 Desember 2020   17:06 Diperbarui: 25 Desember 2020   04:01 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menyisakan uang. (sumber: thinkstock via kompas.com)

OTG, bila yang dimaksudkan sebagai orang tanpa gejala, jika cepat terdeteksi bahwa tubuhnya mengandung virus, besar harapan akan sembuh. Apalagi bila orang tanpa gejala itu tadi, tak punya faktor pemberat seperti batuk pilek, sesak napas, dan sebagainya.

Tapi, bila OTG diartikan sebagai para pekerja yang sekarang menjadi orang tanpa gaji, baik karena di-PHK, maupun tetap bersatus karyawan yang dirumahkan sementara tanpa digaji, ini penyakit yang maha berat. Tak bisa ditangani dengan sekadar isolasi mandiri.

Nah, bayangkan bila seseorang terkena dobel OTG, terkonfirmasi Covid-19 sekaligus tidak punya penghasilan. 

Betul, ada program bantuan pemerintah. Banyak pula warga yang berbaik hati memberi makanan kepada para OTG yang lagi melakukan isolasi mandiri. Tapi, konsistensi bantuan tersebut tetap mengkhawatirkan para OTG yang OTG (dobel OTG).

Pertama, tentang OTG dalam arti tanpa gejala, bila dibandingkan dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang punya gejala sehingga perlu dirawat di rumah sakit, mungkin pendapat umum mengatakan lebih enak yang OTG. Padahal mungkin tidak selalu begitu.

Melakukan isolasi mandiri dengan kondisi tubuh yang serasa sehat, ibarat terpenjara. Dan ini tidak gampang. Apalagi bila si OTG ini belum terdeteksi sebagai OTG karena belum diperiksa di lab. Orang seperti ini berpotensi menularkan kepada orang lain, kecuali bila nantinya vaksin gratis sudah didapatkan mayoritas warga.

Adapun mereka yang dirawat di rumah sakit, jelas akan menghadapi sejumlah ketidaknyamanan, apalagi bila sampai pakai tabung oksigen. 

Namun, kabar baiknya adalah, bagi yang dirawat di rumah sakit pemerintah, kebanyakan menjadi tanggungan negara. Asal tahu saja, biaya untuk satu orang bisa mencapai ratusan juta rupiah (detik.com, 1/12/2020).

Jadi, mau isolasi di rumah sakit atau mandiri, sama-sama tidak nyaman. Maka, yang terbaik adalah mencegah, bagaimana agar kita tidak terpapar virus yang menakutkan itu. Caranya? Ya, harus disiplin menerapkan protokol kesehatan, baik ketika ada razia maupun ketika tidak ada yang mengawasi.

dok. bogordaily.net
dok. bogordaily.net
Kedua, tentang OTG dalam arti tanpa gaji. Banyak cerita yang menyedihkan seputar masyarakat kelas bawah yang tak punya pekerjaan lagi, juga tak punya tabungan atau sesuatu untuk dijual. Kelompok seperti ini lebih takut mati karena tak punya uang untuk makan daripada mati karena korona.

Jangan heran, bila mereka tetap "berkeliaran" karena harus mencari uang untuk beberapa suap nasi bagi semua jiwa yang ditanggungnya, maksudnya istri dan anak-anaknya di rumah.

Pekerjaan yang dikira gampang adalah ikut menjadi pengendara ojek online. Tapi, ternyata di era pembatasan sosial ini sungguh tidak gampang mendapatkan pesanan dari pelanggan yang minta diantar ke suatu tempat. Paling-paling sesekali mendapat pesanan membelikan makanan di restoran tertentu.

Ada bantuan pemerintah dalam berbagai jenis, seperti bantuan bagi pelaku usaha mikro dan kecil, bantuan bagi yang bergaji di bawah jumlah tertentu, dan bantuan kartu prakerja agar mendapatkan pelatihan atau ketrampilan. 

Tentu juga ada paket bantuan sosial yang telah menyeret Menteri Sosial non-aktif, Juliari Batubara ke pusaran kasus korupsi yang dilacak oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tapi, distribusi berbagai bantuan di atas belum "menyapu" semua yang layak menerima, karena akurasi data yang masih perlu dibenahi. Lagipula, kalaupun bernasib baik ikut menerima bantuan, tetap belum  mencukupi, serta tidak nyaman jika hanya menggantungkan nasib kepada pemerintah.

Jadi, ada dua jenis OTG yang dua-duanya membuat seseorang terpuruk. Bila seseorang menderita dobel OTG, jelas dobel pula penderitaannya. Semoga vaksin gratis yang diperkirakan mulai diberikan kepada masyarakat pada pertengahan tahun depan bisa menjadi kunci kesembuhan. 

Bila OTG yang berhubungan dengan Covid-19 sudah berhasil ditekan jumlahnya sekecil mungkin, diyakini pembatasan sosial tidak perlu seketat sekarang lagi. 

Dengan demikian, roda ekonomi pun diharapkan bisa berputar normal yang pada gilirannya mempermudah OTG yang tanpa gaji kembali memperoleh penghasilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun