Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Teknologi Informasi, Jeratan Kecanduan, dan Ketergantungan Tanpa Akhir

19 Desember 2020   11:05 Diperbarui: 19 Desember 2020   14:55 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock, melalui idntimes.com

Teknologi Informasi (TI), disadari atau tidak, telah menjadi kebutuhan mutlak bagi semua manusia di dunia saat ini. Mungkin memang masih ada yang tidak tersentuh TI, seperti masyarakat suku tertentu yang sengaja menabukannya atau bagi yang masyarakat yang digolongkan sebagai suku terasing. Namun, dipastikan jumlah yang tidak menggunakan TI sangatlah kecil dibandingkan semua penduduk.

Ironisnya, sekali seseorang menggunakan peralatan yang mengandalkan TI, baik berupa software, maupun hardware, maka tidak ada lagi titik balik untuk meninggalkan TI. Itulah yang disebut dengan technology trap atau jebakan teknologi. Soalnya, TI selalu di-upgrade dan konsumen tak punya pilihan lain selain mengikuti.

Jadi, ketergantungan banyak orang terhadap TI bisa dikatakan sebagai ketergantungan yang permanen, tanpa akhir. Selama hayat masih dikandung badan, atau selama jari jemari masih bisa digerakkan, TI harus selalu setia bersama kita, atau kita yang setia bersama TI.

Ambil contoh kecil dengan benda yang wajib ada di kantong celana atau dalam tas kita, yang bahkan saat ke toilet pun harus ada, yakni hape. Bila kita kelupaan membawa hape, kita pasti tidak nyaman. Ya, sekiranya kita lagi di kantor, sedangkan hape tertinggal di rumah, mau tak mau harus pulang lagi menjemput benda maha penting itu.

Tapi bila hape tersebut tiba-tiba rusak dan tidak bisa digunakan, ini sudah ibarat kiamat kecil. Ya, memang bisa saja membeli hape baru, tapi tetap bikin kesal karena untuk sesaat kecanduan untuk menggunakan hape, terhenti. Kecanduan terhadap hape ini bahkan telah menjangkiti segala usia, dari balita hingga lansia. Yang lansia diajar oleh cucunya.

Atau, boleh jadi untuk sebagian orang, bukan soal kecanduan, tapi mereka tak bisa jauh dari hape karena memang diperlukan untuk mencari nafkah, seperti yang dilakukan para penegemudi online.

Kecanduan hape, baru contoh secara individu. Bayangkan contoh yang menimpa sebuah perusahaan, katakanlah sebuah bank. Bila sistemnya suatu saat bermasalah sehingga pelayanan nasabah terhenti, ini ibarat terjadi kiamat sedang. 

Di perbankan, ada core banking system yang tanpa itu nasabah tidak bisa bertransaksi. Padahal, nasabah selama ini sudah dimanjakan dengan berbagai fitur transaksi. Tapi, dengan terganggunya sistem, atau bisa juga jaringannya yang terganggu, membuat nasabah yang harus mengambil uang atau mentransfer dari rekeningnya, tak dapat berbuat apa-apa.

Nah, ada yang lebih tinggi lagi dari terganggunya sistem TI sebuah perusahaan, belum lama ini Google mengalami down atau tidak bisa diakses. Kalau ini sudah seperti kiamat besar, karena berdampak ke seluruh dunia. Di satu sisi, prestasi Google memang luar biasa, meskipun hadir belakangan setelah Yahoo, sekarang Google sudah menguasai dunia. Tak terbayang berselancar di dunia maya tanpa bersentuhan dengan Google.

Tapi, di pihak lain, yang namanya ketergantungan itu memang menyakitkan bila terjadi sesuatu. Kesal dan tak berdaya, itulah yang dirasakan penggunanya. Bukan jutaan orang, tapi miliaran, karena juga menimpa pengguna di Amerika Serikat, Eropa, India, dan sebagainya. Ketika normal-normal saja, kita mungkin tidak sadar betapa vitalnya peran Google. 

Mirip dengan udara dan air, fungsinya sangat vital bagi kehidupan kita, tapi kita sering tak menyadarinya, karena terjadi begitu saja secara otomatis. Ya, bernafas bisa dinikmati dengan gratis. Barang yang gratis seperti kurang berharga. Tapi, misalnya untuk bernafas harus membayar, kita tak punya pilihan lain, ya harus membayar. Demikian pula Google.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun