Perlu dicermati, di Sumbar tidak semuanya orang Minang. Bahkan ada Kabupaten Kepulauan Mentawai yang memang punya suku asli sendiri yang mayoritas beragama Kristen dan dari dulu menjadi daerah yang dikuasai PDIP.Â
Selain itu, masyarakat keturunan Jawa, yang sebagian berasal dari program transmigrasi, sebagian lagi datang secara sukarela untuk bekerja di perkebunan sawit, lumayan banyak di Dharmasraya dan Pasaman Barat.
Kemudian, di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, juga banyak warga bersuku Mandailing, karena di sebelah utaranya memang berbatasan dengan Tapanuli Selatan di provinsi Sumatera Utara.
Jadi, kalau ada yang mengatakan PDIP dimusuhi warga Sumbar, rasanya terlalau berlebihan dan berbau provokatif. Bukan saja karena warga Sumbar tidak bisa digeneralisir seperti itu, tapi juga seolah-olah warga Sumbar tidak mengakui keberagaman idelologi dalam berpolitik.
Padahal, jika melihat sejarahnya, orang Minang menerima berbagai pemikiran yang tidak semuanya seragam dengan aroma Islam yang kental. Buktinya, pemikiran Sutan Sjahrir atau yang lebih radikal Tan Malaka, berbeda signifikan dengan M. Natsir atau Agus Salim yang lebih berkiblat pada pemikiran Islam.
Bahwa warga Sumbar lebih banyak yang memilih Partai Gerindra, PKS, Demokrat dan PAN, bukan berarti memusuhi PDIP. Di level nasional, PKS dan Demokrat bertindak sebagai oposan. Tapi, partai oposisi bukanlah musuh, malah dibutuhkan untuk check and balance.
![dok. tribunnews.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/12/terungkap-alasan-sebenarnya-soeharto-makamkan-soekarno-di-blitar-sempat-terjadi-tanya-jawab-5fd49eb58ede48401d7f5153.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI