Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jatuh dari Posisi Puncak? Sakitnya Tuh di Sini

5 Desember 2020   00:01 Diperbarui: 5 Desember 2020   00:16 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. intisari.grid.id

Lalu saya berpikir, lebih enak mana, tidak jadi direktur, sehingga tidak mengalami yang namanya post power syndrome, atau ikut logika umum, bahwa pernah menjadi direktur, terlepas seberapa singkat waktunya, adalah sesuatu banget. Makanya, saya tuliskan tentang sakitnya jatuh dari posisi yang lebih tinggi.

Menurut saya, seorang pekerja harus berusaha lebih baik dari rekan-rekannya (melalui persaingan yang sehat) agar bisa naik ke ketinggian maksimal, asal mengerti cara turunnya. Idealnya, turun bukan karena terjatuh, bukan pula dijatuhkan, tapi turun sendiri dengan perasaan puas setelah melihat pemandangan indah.

Dengan kata lain, mengetahui kapan harus turun secara soft landing, akan terasa nikmat. Ketika legacy yang kita tinggalkan akan dikenang sebagai hal yang bermanfaat dan akan dipelihara oleh penerus yang telah dipersiapkan atau telah dikader sebelumnya.

Ingat, tak mungkin seseorang selamanya di atas. Lagipula, bukankah semakin tinggi posisi, semakin keras diguncang angin? Tahu cara naik, tahu pula cara turun, itulah yang ideal.  Sehingga soal "sakitnya tuh di sini", jadi tidak relevan untuk diperbincangkan.

Namun, bila memang bernasib dijatuhkan, tetap bersyukur. Paling tidak telah melihat langsung keindahan pemandangan dari puncak yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Terima kejatuhan itu dengan lapang dada tanpa kemerosotan mental.

Yang sangat dihindarkan adalah bila diturunkan itu karena diberhentikan dengan tidak hormat, misalnya karena terlibat korupsi. Bukankah pernah diberitakan tentang pimpinan perusahaan milik negara yang sudah cukup lama bertahan di posisi puncak, bahkan telah menerima segudang penghargaan, akhirnya terpleset di ujung karier, sehingga nama baiknya pun hancur.

Sedangkan bagi yang tak pernah mencapai posisi puncak seperti saya, juga harus bersyukur, paling tidak, tidak pernah punya risiko jatuh dari ketinggian. Ya, mungkin pemandangan yang terlihat tidak seindah dari posisi puncak, tapi juga tidak sering mengalami sport jantung.

dok. intisari.grid.id
dok. intisari.grid.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun