Ambil contoh di Indonesia, secara umum jelas terlihat bahwa demokrasi yang digadang-gadang akan tumbuh subur sejak bergulirnya reformasi, akhirnya banyak memunculkan para politisi dadakan yang berlatar belakang pengusaha. Muncul pula para cukong politik yang menjadi sponsor dalam arena pilkada yang nantinya berharap menerima barter dari berbagai proyek pembangunan.
Jangan kaget bila mereka yang sudah berusia di atas 50 tahun, banyak yang merindukan ketentraman di era Orde Baru yang sebetulnya kurang demokratis. Jika saja Pak Harto tidak mundur pada tahun 1998 dan dengan segala cara mempertahankan kekuasaannya, bisa jadi akan menjadi presiden seumur hidup.
Sekarang banyak ditemukan postingan di media sosial bertuliskan seperti ini: "Piye kabare? Enak jamanku, to?" Maksudnya jelas, ini semacam kerinduan pada kehidupan yang tenang di zaman dulu, ketika para petani merasa lebih diuntungkan karena produksi pertanian sangat diperhatikan dan harganya pun stabil.
Padahal, cukup banyak korban Orde Baru, di mana suara yang berseberangan dengan pemerintah dibungkam dan terjadi beberapa kali pelanggaran hak asasi manusia yang hingga saat ini belum terungkap.
Jadi, idealnya, Indonesia mampu lebih sejahtera dan sekaligus lebih demokratis. Artinya, yang baik dari China dan dari AS, kita ambil, yang buruknya dibuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H