Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kamu yang Salah, Aku yang Minta Maaf

23 November 2020   06:57 Diperbarui: 23 November 2020   07:51 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar lagu yang berjudul "Lebih dari Egoku" yang dinyanyikan oleh Mawar Eva De Jongh? Ini memang penyanyi baru dan mulai dikenal publik justru sebagai bintang film yang memerankan Annalies dalam film "Bumi Manusia".

Nah, ada yang kurang sehat dari lirik lagu di atas, karena kurang edukatif. Coba simak lirik berikut: Aku akan minta maaf walau kau yang salah/Aku kan menahan walau kau ingin pisah/Karena kamu penting, lebih penting/Dari semua yang kupunya/ Jika kamu salah aku akan lupakan/Walau belum tentu kau lakukan hal yang sama/Karena untukku kamu lebih penting/Dari egoku.

Ya, tepat sekali, lirik tersebut memang bercerita tentang kisah asmara yang berbau toxic relationship. Tapi, soal apakah itu kurang sehat atau justru biasa-biasa saja, masih terbuka untuk diperdebatkan. Bahwa di atas ditulis kurang sehat, berdasarkan komentar beberapa pembaca tabloidbintang.com yang memuat seutuhnya lirik lagu tersebut.

Baik, lupakan dulu lirik lagu itu. Mari fokus pada kisah Dini dan Doni, sepasang suami istri yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Dini seorang pegawai negeri di sebuah instansi di kota yang berbatasan dengan ibu kota Jakarta itu. Sementara itu Doni seorang pengangguran, walaupun terkadang diminta membantu di sebuah bengkel kendaraan bermotor, bila kebetulan lagi banyak pelanggan.

Dini seorang sarjana hukum, Doni drop out dari STM (sekarang disebut SMK). Dini berasal dari keluarga baik-baik, Doni dari keluarga broken home, yang bahkan menginjak 10 tahun pernikahannya saat ini, orang tua Dini belum pernah bertemu dengan orang tua Doni. Doni termasuk ringan tangan, pernah beberapa kali melakukan kekerasan pada Dini.

Waktu akad nikah dulu, ternyata Doni membawa orang lain yang diakui sebagai orang tuanya, padahal hanya sekadar dipinjam saja. Orang tua Dini tidak habis pikir, kenapa kok anaknya kepincut dengan Doni yang dari penampilan juga sudah tidak sebanding, jauh di bawah Dini. Hanya karena Dini sudah terlanjur cinta, orang tuanya terpaksa merestui ketika mereka ingin menikah. 

Sudah begitu, uang Dini habis buat beli rokok suaminya yang sehari bisa menghabiskan 3 bungkus. Dini juga sering mangkir di kantor gara-gara memenuhi permintaan Doni. Bahkan Dini pernah kabur selama 3 bulan ke sebuah kota di Sumatera ke tempat kerabat Doni. Untung saja Dini tidak dipecat. 

Sekarang Dini dan Doni kembali tinggal di rumah orang tua Dini. Hanya saja orang tua Dini jadi jantungan melihat kelakuan anak dan menantunya. Tetangga dan teman pengajian orang tua Dini menduga kalau Dini terkena guna-guna, tapi tentu hal ini susah dibuktikan. 

Sebetulnya kisah hubungan yang tidak seimbang tersebut termasuk wajar bila ada keuntungan dari masing-masing pihak. Misalnya, bila si suami bertampang jelek dan juga tidak punya uang, tak masalah bagi si istri yang cantik dan bisa mencari uang, karena mungkin suaminya patuh dan setia. Mau mengantar jemput ke tempat kerja istri dan mau mengerjakan tugas rumah tangga. 

Tapi kalau semua serba minus seperti Doni, ini lain cerita. Yang lebih cakep dan punya uang, si istri. Yang patuh dan takut ditinggalkan suami, si istri pula. Ibarat racun, si istri sudah minum racun dosis tinggi. Ini barangkali kondisi yang sesuai dengan lirik lagu yang telah disinggung pada awal tulisan ini.

Dini-Doni bukannya tidak pernah bertengkar, malah boleh dikatakan sering. Tapi begitulah, hanya butuh sekitar 30 menit, Dini sudah berbaikan lagi dengan suaminya dan selalu Dini yang minta maaf terlebih dahulu.

Secara logika, hubungan Dini-Doni sulit diterima akal sehat, makanya ada yang mempercayai hal itu terjadi karena pengaruh guna-guna. Namun, tidak gampang meyakinkan Dini bahwa ia sebaiknya mendatangi "orang pintar". Kalaupun Dini mau, memilih orang pintar yang tepat, juga tidak gampang.

Maka, mohon maaf, tulisan ini diakhiri dengan nada yang pesimis. Orang tua Dini sangat ingin anaknya bercerai dari suaminya. Tapi, sejauh ini belum terlihat celah, bagaimana mewujudkan keinginan orang tua Dini tersebut. Apakah memang sudah takdirnya seperti itu?

Orang tua Dini tak henti-hentinya berdoa, karena tinggal itu yang bisa dilakukannya. Dini sendiri yang sebelum menikah rajin salat, sejak menikah ia terpengaruh suaminya, jarang melakukan salat. Padahal Dini dulu bersekolah di pesantren.

Ternyata sangat tidak gampang mengakhiri sebuah "hubungan beracun", terutama seperti yang dialami Dini yang tidak menyadari telah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Justru, orang lain yang gemas dan tidak tahan menyaksikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun