Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Era Keemasan Obat Peningkat Imun, Berakhir Setelah Ada Vaksin?

20 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 21 Desember 2020   05:06 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock, melalui suara.com

Sekadar menyebut beberapa merek lain yang sama-sama mengklaim dapat meningkatkan imun, konsumen bisa memilih salah satunya. Merek-merek tersebut antara lain Theragran, Biobran, Imunea, Stimuno, Imunos, C2Fit, dan Anoxi.

Masih ada lagi pilihan lain, terutama bagi yang telah mengetahui khasiat obat dari Timur Tengah. Habatussauda atau jintan hitam, yang tersedia dalam berbagai merek dan kemasan, dinilai mampu mengatasi masalah pada sistem imun dan pernapasan.

Bagi yang sering mengamati iklan di televisi nasional, ada produk dalam sachet yang bernama Kojima (korma, jinten, madu). Apakah khasiatnya sehebat kata iklan, silakan mencoba.

dok. shutterstock, melalui suara.com
dok. shutterstock, melalui suara.com
Atau tak usah mencari berbagai referensi, pakai cara tradisioanal juga oke. Jahe, temulawak, kunyit, beras kencur, dan tanaman lainnya yang merupakan bahan baku untuk jamu, sangat terkenal khasiatnya. Bahkan Presiden Joko Widodo konon rutin meminumnya.

Masih ada yang lain lagi? Vitamin C dosis tinggi, baik dalam bentuk tablet yang langsung diminum atau dilarutkan dalam segelas air, juga meningkat omzet penjualannya sejak pandemi. Demikian juga Vitamin D.

Apa yang telah ditulis di atas, belumlah mencakup semua, tentu masih banyak yang lainnya, yang sejak pandemi merebak, diburu oleh konsumen. Pendeknya, sekarang betul-betul jadi era keemasan bisnis obat, suplemen makanan dan minuman untuk daya tahan tubuh. 

Lihatlah di Jakarta di sentra-sentra apotik dan toko obat seperti di Pasar Pramuka dan Pasar Jatinegara. Para pedagang di sana bergairah melayani pembeli, meskipun mereka saling berbicara dengan mulut tertutup masker. 

Harapan konsumen, agar para produsen dan pedagang obat, tidak bersikap aji mumpung dengan mengeruk keuntungan berlipat ganda, seperti harga masker di awal pandemi. Bukankah penghasilan masyarakat lagi menurun?

Tapi, pelaku bisnis obat-obatan di atas juga harus sigap mengantisipasi, dengan adanya vaksin gratis yang diperkirakan tahun depan sudah mulai diberikan kepada masyarakat umum, bisa jadi era keemasan tersebut juga akan berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun