Dari berbagai jenis kertas bekas yang diterima si pengepul, memang yang paling mahal adalah koran bekas. Adapun untuk majalah dan buku hanya dihargai Rp 1.000 per kg.Â
Agak sayang kalau majalah dan buku dijual ke pengepul seperti itu, karena semuanya akan dijual ke pabrik yang akan mendaur ulang kertas-kertas tersebut.Â
Sekiranya ada penjual majalah bekas dan buku bekas, mungkin bagi mereka yang tidak lagi ingin menyimpan majalah dan buku, dijual ke pedagang majalah dan buku tersebut. Atau lebih bagus lagi bila disumbangkan ke perpustakaan atau taman bacaan, sehingga manfaatnya lebih besar.
Di tempat pengepul tersebut, saya juga melihat banyak kertas jawaban ujian mahasiswa dan banyak pula yang berupa makalah. Harganya oleh si pengepul disamakan dengan majalah. Yang sedikit lebih mahal, namun masih di bawah harga koran, adalah kardus, yang dihargai Rp 2.000 per kg.
Nah, dalam hati saya bertanya, kenapa harga koran bekas mengalami kenaikan, padahal harga koran baru masih tetap. Saya mencoba menjawab sendiri, koran baru kalau dinaikkan harganya semakin ditinggalkan oleh pembacanya.
Adapun koran bekas, karena persediaannya semakin sedikit seiring dengan menurunnya sirkulasi koran, padahal diduga kebutuhan pabrik kertas daur ulang masih tinggi, menyebabkan harganya terkerek naik.
Begitulah, di kota besar seperti Jakarta, apapun bisa jadi uang. Buktinya saya melihat pengepul koran bekas tersebut lumayan sukses, yang terbukti dari kesibukannya setiap hari yang dibantu oleh beberapa orang pekerja. Sayangnya, banyak orang yang enggan menggeluti bisnis barang bekas karena terkesan kotor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H