Namun demikian, hasil yang diperolehnya belum sebanding dengan usahanya yang tak kenal lelah. Pertanyaannya, apakah karyawan yang dicontohkan di atas bisa dinilai telah punya kompetensi? Bahwa targetnya tidak tercapai, hanya karena kebetulan nasibnya yang sial.
Jika kegagalan itu terjadi pada sekali dari 1o kesempatan, mungkin tidak begitu dipermasalahkan. Tapi, bila kondisi seperti itu terjadi beberapa kali, mohon maaf, tetap saja si karyawan belum bisa dinilai sudah kompeten. Mereka yang kompeten akan membuat langkah terobosan bila cara yang dipakainya selama ini tidak membuahkan hasil. Ia boleh dibilang rajin, tapi belum kreatif, work hard dan bukan work smart.
Ingat kembali rumusnya, seorang bintang akan tetap bersinar di manapun juga. Tapi, dalam beberapa kasus, bintang memang harus ditemukan dan diasah, seperti mutiara yang terbenam lumpur, tidak akan bersinar bila tidak ditemukan. Itulah fungsinya talent management di sebuah perusahaan.
Kalau dilihat dari sisi karyawannya, bila merasa dirinya seorang bintang yang belum dilirik atasan, saatnya untuk lebih aktif "menjual diri". Jangan hanya asyik bertelur, tapi lupa berkotek. Bertelur tanpa berkotek, akan berbahaya jika telurnya diakui sebagai punya orang lain. Berkotek tanpa bertelur, lama-lama pasti ketahuan belangnya.
Jelas bukan, keterkaitan antara intensi, usaha, dan hasil. Tak ada urusannya dengan pengkhianatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H