Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inklusi Keuangan, Anda Punya Berapa Rekening Bank?

2 November 2020   08:55 Diperbarui: 3 November 2020   06:20 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK/Joyseulay) via kompas.com

Istilah "inklusi keuangan" atau "keuangan inklusif", semakin sering mengemuka. Hal ini mengacu pada literasi keuangan, yang parameternya antara lain apakah mayoritas penduduk, terlepas dari tingkat kesejahteraannya, sudah punya akses ke bank atau lembaga jasa keuangan lainnya.

Maka, kepemilikan rekening bank, pada awalnya menjadi alat ukur yang paling gampang untuk melihat apakah seseorang sudah melek keuangan atau belum. Hal ini semakin ditunjang oleh kebijakan instansi atau perusahaan yang mewajibkan semua pegawainya membuka rekening bank agar sistem pembayaran gaji menjadi lebih praktis, lebih cepat, dan juga lebih aman.

Inklusi Keuangan | OJK via tribunnews.com
Inklusi Keuangan | OJK via tribunnews.com
Dulu, bendaharawan di suatu kantor harus mengambil uang tunai dalam jumlah besar di bank, lalu membagikannya kepada semua pegawai di kantor tersebut ke dalam amplop masing-masing pada setiap tanggal gajian.

Jelas ada risiko, seperti bendaharawan yang ditodong perampok atau bendaharawan yang terpaksa nombok karena salah hitung, memberikan gaji seseorang terlalu besar, sehingga untuk yang lain jadi berkurang.

Tapi, jumlah pemilikan rekening tidak identik dengan jumlah penduduk yang sudah punya akses perbankan, karena di perkotaan banyak orang yang punya tiga sampai empat rekening. Lagipula, banyak rekening yang bukan atas nama pribadi, tapi atas nama instansi, lembaga, perusahaan, yayasan, atau bentuk organisasi lainnya.

Apakah mereka yang punya beberapa rekening bank sehingga dompetnya penuh sesak oleh beberapa kartu untuk pengambilan uang di ATM, mencerminkan mereka yang lebih kaya? Belum tentu, karena bukankah sebagian di antaranya punya saldo masing-masing rekening yang kecil sekali?

Sekarang, inklusi keuangan semakin terakselerasi dengan bisanya nomor telpon pintar sebagai pengganti rekening bank, karena bisa bertransaksi, seperti melalui dompet digital. 

Tentu saja gabungan dari nomor rekening bank dan aplikasi yang diunduh, menjadi kekuatan dahsyat. Tinggal pilih saja, apa yang akan digunakan untuk bertransaski, apakah sms banking, mobile banking, internet banking, e-money, e-wallet, dan sebagainya.

Atau, mohon maaf, terpaksa menyebut nama tanpa bermaksud promosi, mau belanja sesuatu, tinggal pilih yang paling besar memeberikan diskon, apakah pakai Gopay, Dana, Ovo, LinkAja, atau yang lain.

Konsumen semakin dimudahkan karena antar berbagai aplikasi bisa saling terhubung dalam sistem QR Code yang dikembangkan Bank Indonesia (BI), yang dinamakan Quick Response Indonesia Standard (QRIS).

Literasi keuangan secara digital mampu pula mengakomodir mereka yang mau menyimpan uang atau mau meminjam uang dengan berkembangnya pelayanan jasa keuangan melalui aplikasi teknologi finansial (tekfin).  Hal ini bisa diakses melalui gawai sepanjang ada jaringan internet. 

Hanya saja, konsumen harus sangat berhati-hati karena tak sedikit tekfin yang beroperasi tanpa seizin otoritas yang berwenang, yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bagi yang menyimpan uang, uangnya bisa raib ditelan investasi bodong, sedangkan bagi yang meminjam bisa terintimidasi dengan tingkat pengembalian yang membengkak berlipat-lipat karena akumulasi bunga dan denda.

Jadi, soal inklusi keuangan sebetulnya tidak lagi hal yang sulit karena saat ini seseorang banyak yang punya lebih dari satu gawai. Bahkan, para penerima bantuan sosial dari pemerintah, harus membuat rekening bank agar bisa menerima bantuan. Namun, kenyataannya, kepemilikan rekening bank masih sangat timpang.

Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Agustus 2020 mengungkapkan bahwa jumlah rekening simpanan perbankan sudah melebihi jumlah penduduk Indonesia, yakni sebanyak 330.811.482 rekening. Masalahnya, 89,6 persen di antaranya terdaftar di Jakarta. 

Hal itu karena hampir semua instansi, lembaga, perusahaan, dan organisasi lainnya berkantor pusat di Jakarta, sehingga juga membuka rekening bank di Jakarta. Di samping itu, seperti telah disinggung sebelumnya, banyak orang yang punya beberapa rekening. 

Tapi, dengan ketimpangan tersebut, dapat dipastikan, di daerah pelosok, atau juga kaum marjinal di perkotaan, masih banyak yang belum punya rekening bank, termasuk belum punya gawai.

Baik, terlepas dari masih adanya warga yang belum melek keuangan, ada pertanyaan yang relevan bagi yang sudah melek, berapa rekening bank yang Anda punyai dan berapa aplikasi pembayaran digital yang juga Anda punyai? Jika punya beberapa, apa memang diperlukan sebanyak itu?

Tentu saja tidak ada jawaban yang baku. Namun, mengacu pada pendapat beberapa financial planner, sebetulnya hanya  perlu memisahkan rekening yang akan dipakai buat keperluan sehari-hari dan rekening untuk dana darurat atau dana cadangan. Dana darurat ini idealnya bersaldo sebesar 6 hingga 12 bulan pengeluaran rutin, untuk berjaga-jaga bila suatu saat kehilangan mata pencaharian.

Kalaupun mau ditambah satu rekening lagi, boleh juga, untuk pengeluaran yang bersifat non rutin, termasuk untuk traveling dan pengeluaran untuk hiburan dan hobi.

Perlu dicatat, rekening di sini maksudnya rekening tabungan yang dilengkapi kartu ATM, bukan rekening deposito yang lebih bersifat investasi. Bila saldo tabungan relatif besar, lebih bagus sebagian dialihkan menjadi deposito, membeli emas batangan, atau investasi lainnya.

Bila seseorang punya rekening lebih dari lima, mungkin lumayan sulit mengelolanya, termasuk untuk mengingat kata sandi setiap kartu. Apalagi bila saldonya kecil-kecil yang dikhawatirkan lama-lama semakin tipis karena bunga yang diterima tergerus oleh biaya administrasi yang dibebankan pihak bank kepada nasabahnya.

Jadi, punya tiga atau empat rekening, sebaiknya dari bank yang berbeda agar merasakan pelayanan dan promosi yang berbeda, terbilang wajar. Itupun dengan catatan, saldonya tidak kecil-kecil amat. Kalau memang tidak punya sumber dana, ya cukup dua rekening, atau bahkan satu saja.

Adapun terkait dompet digital, ini tergantung kapasitas memori di gawai seseorang. Soalnya, berbeda tempat belanja atau restoran, memberikan diskon untuk alat pembayaran digital yang berbeda. Maka, kalau punya beberapa aplikasi, rasanya cukup menguntungkan karena banyak pilihan.

Inklusi keuangan memang penting. Tapi punya banyak rekening, perlu pertimbangan matang. Yang penting adalah lanjutannya dengan pemahaman dan pemanfaatan yang luas atas berbagai jasa keuangan, sehingga meningkatkan literasi keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun