Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tanpa Jadi Kawasan Premium, Berwisata ke Pulau Komodo Sudah Mahal

28 Oktober 2020   17:00 Diperbarui: 28 Oktober 2020   17:30 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini sedang giat dibangun sebuah proyek yang disebut media massa sebagai Jurassic Park, untuk dijadikan kawasan wisata khusus, yang berkelas super premium. 

Di pulau itu, seperti juga di Pulau Komodo yang tak jauh dari Pulau Rinca, telah lama jadi destinasi wisata, karena menjadi tempat berkembang biaknya binatang purba komodo. Jadi bila di sana nantinya ada Jurassic Park, tentu berkaitan erat dengan binatang yang amat langka itu.

Jelas sudah, yang dibidik oleh proyek tersebut adalah turis berkantong sangat tebal. Jika begitu, mungkin memang sudah nasib sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak akan pernah berkesempatan melihat langsung binatang yang menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara itu, terutama setelah Pulau Komodo ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Soalnya, tanpa dijadikan kawasan wisata super premium saja, berwisata ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca, sudah terbilang mahal bagi masyarakat secara umum. Anggaplah jika kita menghitung biaya dari Pulau Jawa sebagai pulau dengan penduduk terbanyak di negara kita. 

Seperti pengalaman saya sendiri yang berkesempatan berkunjung ke Pulau Rinca bertepatan dengan perayaan tahun baru 1 Januari 2015. Dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, saya bersama istri dan anak bungsu, terbang ke Labuan Bajo dengan transit di Denpasar sehari sebelumnya. 

Ketika itu bandara Labuan Bajo baru saja selesai direnovasi (sekarang dari berita yang saya baca, telah diperluas lagi). Kota Labuan Bajo sendiri ketika itu sudah mulai beraroma Bali karena banyaknya turis asing.

Beraroma Bali, bukan berarti telah seperti Bali. Tapi ada kecenderungan Labuan Bajo akan menjadi Bali berikutnya, setidaknya kesemarakan kafe-kafe di malam hari seperti di Kuta dan Legian mulai ditiru kawasan pantai di ujung barat Pulau Flores itu. Di siang hari turis bule berbaju kaos tanpa lengan keliling destinasi wisata dengan menyewa motor.

Di Labuan Bajo sendiri, ada juga beberapa objek wisata, yang saya ingat adalah goa alam yang menjelang masuk ke sana, dipenuhi rindangnya pohon bambu di kiri dan kanan jalan kecil. 

Kotanya yang berbukit dan juga ada pantai, menjadikan beberapa spot di bagian atas kota menjadi tempat yag asyik untuk menikmati panorama ke arah laut, melihat banyaknya kapal yang menunggu penyewa, biasanya untuk rute ke Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Dok pribadi
Dok pribadi
Ya, bagi mereka yang mau melihat komodo, tak bisa tidak, harus memulai perjalanan dari Labuan Bajo, kecuali yang ikut program kapal pesiar dari Bali. Inilah yang membuat biaya berwisata  ke pulau tersebut menjadi mahal bagi orang biasa seperti saya. Transportasi dari Labuan Bajo ke Pulau Rinca dan Pulau Komodo, hanya dengan menumpang kapal sewa.

Bahkan, kalaupun saya beruntung ada beberapa pengunjung lain agar bisa sharing biaya kapal, katakanlah dengan rombongan saya jadi berjumlah 10 orang, tetap saja biaya per orangnya sudah sekitar Rp 1 juta untuk berangkat di pagi hari dan kembali lagi pada sore hari ke Labuan Bajo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun