Urusan berikutnya, diserahkan kepada anggota apakah ia tertarik menanggapi surat tersebut dan bisa berbalas-balasan secara langsung, kalau perlu bisa membuat perjanjian untuk bertemu. Berjodoh atau tidaknya, bukan lagi tanggung jawab pengelola, namun pengelola sering mendapat ucapan terima kasih dan undangan pernikahan berkat adanya Kontak.
Hendranto mengatakan bahwa peserta yang berprofesi sebagai dokter dan insinyur, paling banyak peminatnya. Dokter Heru (nama samaran) mendapatkan 164 surat tanggapan, setelah biodata singkatnya muncul di Kontak pada tahun 1983.
Tak ada uang pendaftaran, malah Kompas mengeluarkan biaya korespondensi. Boleh dikatakan, Kontak menjadi semacam misi sosial Kompas, karena bagi para profesional yang sibuk bekerja, belum tentu punya waktu luang buat bergaul dan menemukan pasangan hidup.
Perkembangan teknologi akhirnya terpaksa mengakhiri kiprah rubrik Kontak yang telah berjasa melahirkan banyak pasangan suami istri itu. Maka pada awal Januari 2015, tak ada lagi biodata para pencari jodoh di harian paling berpengaruh di Indonesia tersebut.Â
Sekarang meraka yang membutuhkan jasa sejenis, silakan menggunakan aplikasi yang dirancang khusus untuk itu. Apakah tingkat keberhasilannya lebih tinggi atau justru lebih rendah, perlu diteliti lebih lanjut. Yang jelas, kencan online, perlu kehati-hatian, agar tidak tertipu. Mau untung, malah buntung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H